Beranda Korporasi Beroperasi 2024, Smelter Tembaga Freeport di Gersik Topang Ekosistem EV dan EBT

Beroperasi 2024, Smelter Tembaga Freeport di Gersik Topang Ekosistem EV dan EBT

Vice President Government Relation & Smelter Technical Support PTFI, Harry Pancasakti

Jakarta, TAMBANGSmelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terletak di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur ditargetkan rampung pada akhir 2024. Produknya akan menopang bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

“EV ekosistem ke dalam listrik faktanya akan menggunakan tembaga 4 kali lebih banyak dibanding kendaraan konvensional,” ujar Vice President Government Relation & Smelter Technical Support PTFI, Harry Pancasakti dalam Mining and Finance Forum, Rabu (8/2).

Kata dia, komposisi tembaga sebagai bahan baku baterai EV cukup tinggi, yakni sekitar 11 persen.  “Tembaga penting karena dari 9 elemen EV baterai ekosistem, tembaga cukup signifikan sekitar 11 persen tembaga diperlukan di ekosistem baterai,” jelasnya.

Harry juga menyebut kalau produk akhir dari smelter Manyar ini akan mendukung energi baru terbarukan yang ramah lingkungan misalnya dipakai untuk pembuatan panel surya.

“Ke depan kita sudah tahu bahwa clean energy ini akan berkembang dan dalam proses ini 4-5 kali lebih banyak tembaga ini digunakan dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil,” ungkap Harry.

Harry lalu mengingatkan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, akan terjadi gangguan suplai tembaga sekitar 6 juta ton. Karena itu, dibutuhkan pembenahan tata kelola pertambangan dari hulu ke hilir khususnya dari pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.

“Pada 2032, para analis menyampaikan bahwa sudah terjadi gap hampir sekitar 6 juta ton tembaga yang tidak bisa disuplai oleh upstream atau produsen. Jadi ini keadaan upstream yang memang dalam waktu singkat harus dibenahi pemerintah manapun di dunia. Tidak hanya Indonesia, Chili juga harus melakukan hal yang sama,” tegasnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, selain memproses konsentrate menjadi katoda tembaga, smelter ini bakal menghasilkan perak dan emas batangan karena ada fasilitas precious metal refinery (PMR) serta nikel, almunium, lithum dan cobalt yang merupakan bagian dari ecosystem kendaraan listrik.

“Di smelter ini akan dihasilkan tembaga itu salah satu bahan utama untuk ekosistem kendaraan listrik. Di samping tentunya ada nikel, alumunium juga ada cobalt dan lithium. Jadi ini semua adalah unsur-unsur yang sangat penting untuk industri hilirisasi dan saya sudah yakin karena Presiden beberapa kali megatakan, ekosistem kendaraan listrik ini yang akan dibentuk di Indonesia,” ungkap Tony.

Dia berharap setelah smelter kedua PTFI berproduksi, dapat menjadi stimulus bagi tumbuhnya industri hilir lainnya, khususnya berkaitan dengan ekosistem kendaraan listrik.

“Kami harapkan dengan selesianya proyek pembangunan smelter ini bisa tumbuh industri-industri yang lebih hilir lagi, terutama kaitannya dengan membangun ekosistem kendaraan listrik,” harap Tony.

Sebagai informasi, smelter ini merupakan smelter yang kedua yang dibangun PTFI untuk mengolah dan memurnikan konsentrat hasil produksinya setelah yang pertama PT Smelting di Kawasan PT Petrokimia Gresik.  Smelter Manyar juga merupakan smelter terbesar di dunia dengan mengolah konsentrat hingga 1.7 juta ton. Sedangkan di PT Smelting mampu mengolah 1,3 juta ton.