Beranda Tambang Today Coalindo Ungkap Tiga Tantangan Besar Industri Batu Bara Nasional

Coalindo Ungkap Tiga Tantangan Besar Industri Batu Bara Nasional

Coalindo tantangan
Dokumentasi: Rian/TAMBANG.

Jakarta, TAMBANG – Industri batu bara Indonesia tak lepas dari sorotan. Coalindo Energy mengungkap ada tiga tantangan besar yang perlu segera diatasi agar sektor ini tetap bertahan di tengah gempuran transisi energi dan dinamika pasar dunia.

President Director in PT Coalindo Energy, Jimmy Gunarso menyebut tiga tantangan besar itu meliputi kepastian kebijakan dan tata niaga, arah pasar Batubara tahun 2026, dan ketahanan operasional, logistik, dan pendanaan.

Jimmy menilai, kepastian regulasi menjadi pondasi utama bagi tumbuhnya kepercayaan pelaku usaha di sektor batu bara. Sinkronisasi antara kebijakan di hulu dan hilir, kepastian pelaksanaan Domestic Market Obligation (DMO), dukungan instrumen fiskal, serta kejelasan implementasi di daerah dinilai akan sangat menentukan daya saing industri batu bara nasional.

“Kepastian regulasi adalah fondasi kepercayaan. Sinkronisasi hulu–hilir, kepastian DMO, instrumen fiskal, dan kejelasan implementasi di daerah akan menentukan daya saing nasional,” ungkap Jimmy dalam 2nd Coalindo Coal Conference 2025: “Navigating Challenges: Strategies for a Competitive and Sustainable Coal Market, di Jakarta, Rabu (5/11).

Kedua, ia menyebut bahwa pada tahun depan, permintaan kawasan, bauran energi, efisiensi pembangkit, hingga kebijakan iklim di negara tujuan ekspor akan menjadi faktor pembentuk kurva harga batu bara. Tantangan bagi pelaku usaha adalah mampu membaca sinyal pasar lebih dini, menyiapkan strategi komersial yang adaptif, serta menjaga daya saing biaya secara berkelanjutan.

“Permintaan kawasan, bauran energi, efisiensi pembangkit, hingga kebijakan iklim negara tujuan ekspor akan membentuk kurva harga ke depan. Tugas kita adalah membaca sinyal lebih dini, menyiapkan strategi komersial yang adaptif, dan menjaga daya saing biaya secara berkelanjutan,” imbuh dia.

Jimmy juga menjelaskan bahwa reliabilitas rantai pasok mulai dari area tambang (pit), jalur hauling, pelabuhan, hingga ke tongkang dan mother vessel, menjadi faktor penting dalam menjaga performa kontrak. Di saat yang sama, akses pembiayaan kini semakin menantang seiring penerapan kriteria ESG yang semakin ketat.

“Reliabilitas rantai pasok dari pit, hauling, pelabuhan, ke tongkang dan mother vessel, menentukan performa kontrak. Di saat yang sama, akses pembiayaan menghadapi kriteria ESG yang kian ketat,” jelasnya.

Ia menegaskan perlunya pendekatan efisiensi berbasis data, inovasi dalam operasi, serta skema pembiayaan yang bertanggung jawab agar proyek tetap bankable tanpa mengorbankan standar lingkungan dan keselamatan kerja.

“Kita perlu pendekatan efisiensi berbasis data, inovasi operasi, dan skema pembiayaan yang bertanggung jawab agar proyek tetap bankable tanpa mengorbankan standar lingkungan dan keselamatan,” pungkasnya.