Beranda CSR Semarak HUT Kemerdekaan RI Anak-Anak Pemulung Di Sekolah Tunas Mulia Bantar Gebang

Semarak HUT Kemerdekaan RI Anak-Anak Pemulung Di Sekolah Tunas Mulia Bantar Gebang

Edi Permadi, Pembina Yayasan Tunas Mulia bersama siswa/i Sekolah Tunas Mulia usai menjadi Pembina upacara pada Apel Penurunan Bendera pada HUT Kemerdekaan RI-80 pada Minggu (17/8)

Jakarta-TAMBANG,-Perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia ke-80 berlangsung semarak di seluruh pelosok Indonesia. Selain apel bendera sebagai kegiatan wajib, ada beragam perlombaan yang membuat perayaan HUT Kemerdekaan ke-80 ini semakin meriah. Ini juga yang dilaksanakan anak-anak di Sekolah Alam Tunas Mulia yang berlokasi di Bantar Gebang, Bekasi. Ada pawai, aneka perlombaan dilaksanakan sehari sebelumnya pada Sabtu (16/8). Kemudian pada Minggu (17/8) dilaksanakan Apel Pengibaran Bendera Merah Putih dan Apel Penurunan Bendera Merah Putih.

Menyebut Bantar Gebang, pikiran kita langsung mengarah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Setiap hari ratusan kubik sampah Jakarta dibawah ke sana. Ada banyak juga masyarakat yang mengais rejeki dari tumpukan sampah ini. Tidak jauh dari lokasi ini hadir Sekolah Alam Tunas Mulia yang berdiri sejak 13 Oktober 2006. Sekolah ini menyelenggarakan Pendidikan dari jenjang PAUD, SD, SMP sampai SMA secara gratis. Saat ini total siswanya 325 anak dengan 35 orang guru.

Kebanyakan siswa/i yang menempuh pendidikan di sekolah ini adalah anak-anak para pemulung yang bekerja di TPA Bantar Gebang. Sejak berdirinya, sekolak ini memang ditujukan untuk menampung anak-anak pemulung dan miskin tetapi ingin menuntut ilmu. Dengan melihat kondisi lingkungan dan anak-anak didik, Sekolah Alam Tunas Mulia sejak awal sudah memutuskan untuk tidak memungut biaya sepeserpun. Pihak sekolah bahkan menyediakan fasilitas dan pendidik untuk mengajarkan kepada para siswanya.

Tidak hanya program Pendidikan, di tempat ini juga dilengkapi dengan kegiatan keagaman, pengetahuan dan kesehatan. “Juga usaha dan pemberdayaan ekonomi bagi pemulung. Saat ini yang sudah berjalan adalah budidaya ikan, maggot dan pertanian, produksi manggot sudah mencapai 50 kg per hari untuk pakan ternak”, terang Juwarto, Ketua Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang.

Dalam rentang waktu hampir 20 tahun ini, sudah ada 6 anaknya yang sukses meraih gelar Sarjana. “Ada 4 orang yang sedang kuliah dan lulusan Diploma III ada 4 orang. Jumlah lulusan terbanyak adalah PAUD sebanyak 1.225 orang anak,”terang Juwarto.

Edi Permadi, Pembina Yayasan Tunas Mulia mengaku bangga pada Yayasan ini yang telah membina dan membangun sekolah Gratis untuk anak anak Pemulung. Sosok seperti Pak Juwarto, Pak Nadam dan guru-guru disini adalah manusia pilihan yang luar biasa. “Ini sesuai dengan Asta Cita yang keempat terkait dengan Pembangunan SDM,” tandas Edi yang bertindak sebagai Pembina Upacara Penurunan Bendera, pada Minggu, (17/8).

Edi yang juga adalah Tenaga Profesional Lemhannas RI menegaskan bahwa Pendidikan adalah Hak setiap warga negara. Hal ini juga berlaku pada anak-anak dari keluarga kurang mampu yang mungkin sulit mendapat akses Pendidikan. Padahal Pendidikan ada salah satu jalan untuk bisa keluar dari situasi atau kondisi kemiskinan. Tentu tugas pertama menyediakan Pendidikan yang layak adalah Negara.

“Namun tidak semua tanggung jawab tersebut dilimpahkan pada negara. Setiap warga negara khusus yang mampu juga dipanggil untuk berkontribusi membangun atau mendukung Pendidikan. Masih banyak tempat di Indonesia ini pendidikannya masih mengalami keterbelakangan. Ini menjadi tugas setiap warga negara untuk membantu baik dari sisi finansial, pemikiran maupun sarana dan prasarana,” tandas Edi.

Ia menegaskan bahwa salah satu cara kita bersyukur atas kemerdekaan dengan turut terlibat dalam membangun dunia Pendidikan Indonesia khusus di daerah-daerah yang butuh uluran tangan pihak yang lebih beruntung.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini