Beranda Tambang Today Umum Memasuki Kuartal II, Sektor Tambang Mulai Terimbas Covid-19

Memasuki Kuartal II, Sektor Tambang Mulai Terimbas Covid-19

Ketua IMI, Irwandy Arif

Jakarta,TAMBANG. Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini turut mempengaruhi kinerja di sektor pertambangan. Secara khusus mulai terasa bulan Mei 2020. Staf Khusus Menteri ESDM Irwandy Arif menjelaskan dari Januari sampai April sektor pertambangan belum terimbas oleh pandemi ini.

Namun memasuki bulan Mei sampai saat ini, sektor pertambangan baik mineral maupun batu bara mulai terimbas. “Sampai April 2020 produksi dan penjualan mineral dan batu bara belum terganggu. Tapi yang kita khawatirkan dari Mei hingga akhir tahun kemungkinan besar penurunan yang akan terjadi hingga minus 20%, baik dari segi produksi maupun dari segi pendapatan. Ini sudah diprediksi secara bersama-sama dengan Kementerian Keuangan,” ungkap Irwandy dalam diskusi online bersama media yang diselenggarakan PT Agincourt Resoures (PTAR),  Kamis (16/7/2020). 

Dari sisi produksi misalnya, untuk batu bara sampai Mei realisasi produksi nasional turun 10% dibanding periode yang sama tahun 2019. Produksi si emas hitam ini sampai Mei 2020 mencapai 230 juta ton. Padahal di 2019 untuk periode yang sama produksinya mencapai 250 juta ton. Kemudian untuk DMO dari target 155 juta ton yang terealisasi baru mencapai 55,34 juta ton. “Penurunan ini disebabkan dampak pandemi Covid-19,”kata Irwandy

Meski demikian Irwandy menjelaskan bahwa saat ini sudah ada 32 perusahaan yang mengajukan revisi RKAB. Dari jumlah tersebut ada 2 perusahaan yang mengajukan pemangkasan produksi. Sementara sisanya mengajukan peningkatan produksi.

Hal yang sama juga terjadi di komoditi emas. “Sampai Mei 2020, realisasi produksi emas masih 10 ton. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sampai Desember 2020,”paparnya. Dibandingkan dengan realisasi beberapa tahun terakhir masih sangat jauh. Produksi emas pada tahun 2018 mencapai 135,25 ton. Kemudian di 2019 terjadi penurunan produksi hanya di angka 109,02 ton.

Menariknya PT Agincourt Resources mengaku bahwa produksi di kuartal I tahun 2020 sedikit melampaui target.

Padahal harga emas saat ini tengah mengkilap. Diharapkan memasuki fase new normal aktivitas produksi pertambangan emas kembali normal. Sehingga bisa mendekati kapasitas produksi di tahun 2019.  

Kegiatan yang juga terganggu oleh pandemi ini adalah proses pembangunan smelter. Dijelaskan bila pandemi covid-19 akan berlangsung sampai akhir tahun maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai tahun 2023. Dan rencana investasi pun akan bergeser ke tahun 2021.

“Jika pandemi berlanjut sampai akhir tahun, rencana investasi senilai USD3,7 miliar akan bergeser ke tahun 2021,” tandasnya.

Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) ini juga menyebutkan bahwa pandemi covid-19 ini berdampak pada penurunan permintaan mineral logam kecuali emas. Ini yang membuat stok beberapa komoditi non besi seperti tembaga, nikel dan timah di pasar meningkat sehingga berpengaruh pada harga.

Namun ada beberapa faktor yang kembali membangkitkan optimis. Beberapa produsen di Cina mulai aktivitas produksi sehingga akan meningkatkan permintaan. Stok di pasar akan berkurang dan harga kembali menguat. Di sisi lain beberapa negara produsen tembaga seperti Chile dan Argentina mulai membatasi kegiatan produksi dan menutup perbatasan. Ini tentu akan mengurangi pasokan tembaga ke pasar.