Beranda ENERGI Energi Terbarukan Menteri ESDM: Start-Up Energi Bersih Percepat Proses Transisi Energi

Menteri ESDM: Start-Up Energi Bersih Percepat Proses Transisi Energi

dekarbonisasi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya milik perusahaan batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Dok: Istimewa.

Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan bahwa start-up energi bersih mampu mempercepat proses transisi energi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan.

“Start-up dapat menjadi pelopor bagi generasi muda untuk menunjukkan kontribusi nyata pada sektor energi bersih. Start-up energi bersih hadir dengan berbagai terobosan,” ujarnya dalam APEC Workshop on Clean Energy Start-Ups Forum, Selasa (13/12).

Menurut dia, beberapa perusahaan tengah membangun teknologi surya dan angin, serta pembiayaan proyek-proyek tersebut. Sementara start-up yang lain menawarkan baterai yang efisien dan ramah lingkungan, atau mengeksplorasi potensi micro grid untuk memanfaatkan iklim lokal daerah setempat.

“Terdapat ribuan start-up energi terbarukan. Start-up ini perlu berfokus pada teknologi, karena teknologi adalah game changer dalam menciptakan sistem energi yang berkelanjutan. Teknologi adalah kunci transisi energi, dan pada akhirnya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE). Maka dari itu, kita perlu meningkatkan teknologi seluas-luasnya,” beber Arifin.

Selain itu, Arifin juga mengatakan bahwa inovasi harus selalu didorong dan disebarluaskan. Akses kepada penggunaan dan pemanfaatan teknologi harus dibuat lebih inklusif. Selanjutnya, akses ke teknologi yang terjangkau dan pembiayaan juga harus dieksplorasi secara masif.

Menurutnya, ada beberapa teknologi yang akan berperan besar dalam transisi energi di Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, seperti solar teknologi, termasuk juga sistem integrasi; smart-grid; energy storage; hidrogen; dan kendaraan listrik.

“Indonesia akan membangun 700 Giga Watt (GW) pembangkit EBT, berasal dari energi surya, angin, air, bioenergi, arus laut, panas bumi, dan nuklir. Kami juga akan mengembangkan unit pengolahan dan pemurnian mineral untuk meningkatkan nilai tambah mineral, seperti nikel dan kobalt yang akan dimanfaatkan memproduksi baterai untuk kendaraan dan storage,” tutur Arifin.

Arifin juga menyampaikan bahwa start-up energi bersih dan emerging business dipandang sebagai instrumen kunci, yang diharapkan memiliki peran yang penting dalam percepatan pengembangan EBT.

“Saya berharap forum ini dapat menjadi hub dalam merevisi sistem energi kita dan memperkuat kolaborasi dan kerja sama dalam mencapai bisnis start-up energi bersih yang berkelanjutan. Saya juga berharap para stakeholder dalam forum ini dapat menyusun rekomendasi kebijakan untuk mengakselerasi pertumbuhan start-up energi bersih pada APEC economies. Mengaktifkan dan mendukung pertumbuhan start-up akan memajukan sektor energi di Asia Pasifik untuk mencapai target pada tahun 2030,” pungkas Arifin.