Beranda ENERGI Energi Terbarukan Presiden Jokowi: Komponen Mobil Listrik Bakal Diproduksi Dari Hulu Sampai Hilir

Presiden Jokowi: Komponen Mobil Listrik Bakal Diproduksi Dari Hulu Sampai Hilir

Jakarta, TAMBANG- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah akan membangun ekosistem mobil listrik dalam skala besar. Menurutnya, proses pembuatan nantinya akan menggunakan bahan baku yang tersedia dari hulu sampai hilir.

Hal ini dia sampaikan saat berkunjung ke proyek KCC Glass di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (8/6).

“Kita ingin membangun ekosistem besar end to end dari huli sampai hilir untuk mobil listrik mulai dari penambangan nikel, smelternya, refainerynya, pembagunan industri katoda dan frekusornya. Kemudian masuk ke lithium, baterai EV, kemudian mobilnya,” ujar Jokowi, dilansir dari keterangan resmi, Kamis (9/6).

Menurut Jokowi, setelah mobil diproduksi, pemerintah juga akan membuat industri untuk keperluan daur ulang baterai mobil. Hal ini dilakukan demi mewujudkan iklim industri hijau di tanah air.

“Setelah mobilnya juga ada lagi tambahan rechycle baterai listriknya sehingga ini betul-betul dari hulu ke hilir, semuanya dalam sebuah ekosistem besar yang ingin kita kerjakan,” ungkapnya.

Jokowi kemudian menjelaskan soal kenapa harga mobil listrik bisa lebih mahal ketimbang mobil konvensional. Mantan orang nomor satu di DKI Jakarta itu menjelaskan bahwa faktor mahalnya mobil ramah lingkungan ini terletak pada baterainya.

“Ya(harganya mahal), Biasa untuk pertama seperti itu. Tapi karena memang harga hampir 50 persen harga dari mobil itu memang costnya ada di baterainya,” jelas Jokowi.

Jokowi pun memastikan bahwa ke depan, harga mobil listrik bakal murah dan bisa dijangkau oleh lapisan masyarakat. Hal ini karena Indonesia sudah memiliki semua bahan baku pembuat baterai seperti nikel, kobalt dan mangan.

“Sehingga kalau nanti ketemu teknologi terbaru, ketemu teknologi baru, harga baterainya akan semakin murah, semakin murah,” ungkapnya.

“Apalagi dibangun di indonesia di tempat di mana nikelnya itu ada kobaltnya ada, sehingga semuanya dikerjakan dari hulu sampai hilir itu akan bisa menekan cost paling murah sehingga kompetitif. Saya kira ini masalah teknologi saja,” imbuhnya.