Beranda Komoditi Setelah Indonesia Melarang Ekspor, Kini Vietnam Jadi Kekuatan Baru Nikel

Setelah Indonesia Melarang Ekspor, Kini Vietnam Jadi Kekuatan Baru Nikel

Foto: kegiatan penambangan di Ban Phuc. Sumber foto: Asiaminer.com

Hanoi, Vietnam – TAMBANG. SETELAH industri nikel global banyak terganggu oleh kebijakan Pemerintah Indonesia yang melarang ekspor mineral mentah, konsumen kini mencari sumber alternatif. Selain melongok pasar New Caledonia, Filipina, Australia, kini konsumen melihat Vietnam sebagai pemasok baru, walau jumlahnya tidak begitu besar.

 

Sebetulnya konsumen berharap, Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan para pengusaha mineral yang tergabung di Apemindo, agar pemerintah membatalkan larangan ekspor mineral mentah. Tetapi MK ternyata menolak gugatan itu. Pelarangan ekspor mineral mentah, termasuk nikel, akhirnya tetap berjalan.

 

Situs berita yang banyak memuat peristiwa di bidang metal dan tambang, Steelguru.com, hari ini memuat, absennya Indonesia dari pasar nikel membuat pada 2015 ini pasar nikel kembali mengalami defisit. Harganya akan menggila.

 

Diam-diam, sebuah perusahaan dari Toronto, Kanada, mendapatkan sumber pasokan baru, yakni Vietnam. Perusahaan ini mengubah sebuah daerah kecil menjadi pusat nikel.

 

Asian Mineral Resources mulai mengendus adanya nikel di daerah itu sejak 2004. Dengan asetnya itu Asian Mineral bisa masuk Bursa Toronto, Pada 2006 Asian Mineral mendapatkan izin pemboran dari pemerintah.

 

Pada 2008, perusahaan memilih menyetop lebih dahulu operasi perusahaan karena pemerintah Vietnam menaikkan tarif ekspor. Rendahnya harga nikel ketika itu membuat Asian Mineral lebih baik menghentikan produksinya. Apalagi pada tahun itu terdapat badai besar yang melanda Vietnam, termasuk merusak fasilitas tambang yang sudah dibangun di Ban Phuc, sekitar 160 kilometer dari Hanoi itu.

 

Setelah melalui perbaikan yang cukup menyita waktu dan biaya, tambang itu bisa dibuka lagi pada 2013. Ketika itu harga nikel mulai merangkak naik, dibayang-bayangi oleh rencana pemerintah Indonesia melarang ekspor mineral mentah. Asian Mineral kemudian mencari lahan tambang di daerah Song.

 

Ban Phuc memproduksi 6.400 ton nikel, 3.200 ton tembaga, dan 200 ton cobalt pada 2014. Asian Mineral memperkirakan, pada 2015 produksi nikelnya mencapai 9.500 ton, naik hampir separuhnya.

 

CEO Asian Mineral, Evan Spencer mengumumkan, tambang Ban Phuc akan diperluas. Eksplorasi lanjutan dan pemboran di 16 titik, segera dilakukan. Belasan titik itu tersebar di area seluas 50 kilometer persegi, dari total 150 kilometer persegi wilayah yang diizinkan Pemerintah Vietnam.

 

Pelarangan ekspor yang diterapkan pemerintah Indonesia telah membuat pasar nikel global untuk mengimpor nikel dari negara lain, sekalipun kualitasnya lebih rendah. Agar nikel yang diimpor itu kualitasnya bisa mendekati yang selama ini dipasok pemerintah Indonesia, nikel itu butuh perlakuan khusus. Artinya harus ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan.