Beranda Komoditi Tahun Ini Produksi Timah Bakal Anjlok

Tahun Ini Produksi Timah Bakal Anjlok

Jakarta-TAMBANG. Tahun ini produksi timah nasional diprediksikan lebih rendah dibanding 2014 dengan total produksi sebanyak 71.151 ton. Alasannya, karena harga jual timah batangan yang belum beranjak naik.

 

Ketua Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (ANTI), Jabin Sufianto mengatakan selain itu, pengetatan ekspor hasil pertambangan timah yang diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan No 44/2014 tampaknya bakal memangkas volume produksi timah disepanjang tahun ini.

 

“Penurunan ini pernah terjadi tiga tahun lalu, produksi timah tidak lebih dari 70.000 ton,” kata dia, Selasa (6/1).

 

Dalam peraturan itu, Jabin menjelaskan, pemerintah mendefinisikan produk timah menjadi empat jenis. Pertama, timah murni batangan dengan kandungan stanum (Sn) minimal 99,9%. Kedua, timah murni bukan batangan dengan kandungan Sn paling rendah 99,93%. Ketiga timah solder dengan kandungan Sn paling tinggi 99,7%, dan keempat, timah paduan bukan solder dengan kandungan Sn maksimal 96%.

 

Tak hanya itu, pengusaha juga wajib mengantongi izin eksportir terdaftar (ET)- Timah Murni Batangan dan wajib menjualnya melalui bursa berjangka. Sedangkan untuk ekspor produk timah murni bukan batangan, timah solder, serta timah paduan bukan solder, perusahaan harus memiliki ET-Timah Industri dan boleh diekspor tanpa lewat bursa berjangka.

 

Kebijakan ini cukup efektif meredam peningkatan produksi timah yang selama tiga tahun ini meningkat signifikan. “Tapi sayangnya, harga timah tetap sulit naik, karena penurunan ekspor dari Indonesia masih bisa diisi oleh timah dari negara lain seperti Myanmar,” kata dia.

 

Berdasarkan data Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI), harga jual timah batangan per awal Januari 2015 sebesar US$ 19.320 per ton. Harga ini jauh rendah jika dibandingkan dengan harga jual timah batangan pada tahun lalu yang mencapai lebih dari US$ 23.000 per ton.

 

Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho menuturkan meski kondisi lagi serba alot. PT Timah tetap menargetkan produksi timah sebesar 25.000 ton hingga 30.000 ton. Katanya angka itu, sama dengan produksi 2014.

 

“Kami optimistis harga akan membaik karena aturan ketat ekspor. Mudah-mudahan bisa mencapai US$ 23.000 hingga US$ 25.000 per ton,” kata dia.

 

Terdata, hingga akhir 2014, produksi dan ekspor PT Timah pada 2014 diprediksi mencapai 27.000 ton. Meski menyebabkan produksi susut, kebijakan ekspor timah ini tujuannya agar komoditas ini tidak cepat habis. Sementata produksi timah Indonesia hanya 71.151 ton atau turun 19,1% dibandingkan dengan produksi 2013 sebanyak 88.000 ton.

 

R. Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, meskipun turun menjadi 71.151 ton sejatinya produksi timah masih cukup tinggi. Bahkan, pihaknya justru berharap produksi timah nasional untuk menjaga cadangan.

 

“Kami masih berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan agar pemberian izin ekspor bisa dipegang Kementerian ESDM,” ujarnya.