Beranda Korporasi 2019, Krakatau Steel Fokus Kembangkan Dua Proyek Strategis

2019, Krakatau Steel Fokus Kembangkan Dua Proyek Strategis

ilustrasi (foto: abc.net.au)

Jakarta, TAMBANG. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., tahun ini akan fokus pada dua proyek strategis. Kedua proyek tersebut bertujuan untuk melakukan ekspansi kapasitas di bagian hilir dan menurunkan biaya produksi di bagian hulu.

 

Proyek pertama adalah pembangunan Blast Furnace Complex. Pabrik Blast Furnace yang berdiri di area Blast Furnace Complex PTKS seluas 55 Ha ini akan dikembangkan oleh Konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari China dan PT Krakatau Engineering (PTKE). Nantinya dengan kehadiran Blast Furnace Complex biaya produksi baja turun menjadi USD50 per ton.

 

Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim. Menurutnya, beroperasinya pabrik Blast Furnace di PT KS akan menambah fasilitas iron making atau tahap hulu bertambah.

 

“Ini merupakan awal dari rangkaian usaha Perseroan dalam meningkatkan daya saing di sektor hulu. Fasilitas Blast Furnace merupakan teknologi berbasis batu bara. Penggunaan batu bara juga akan meningkatkan fleksibilitas penggunaan energi serta mengurangi ketergantungan terhadap gas alam yang yang diproyeksikan yang akan terus mengalami kenaikan harga dan keterbatasan,” kata Silmy.

 

Selain itu dalam di kompleks Blast Furnace, berdiri Sinter Plant dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun, Hot Metal Treatment Plant berkapasitas 1,2 juta ton per tahun, Coke Oven Plant dengan kapasitas 555 ribu ton per tahun. Lalu sebagai penunjang, ada Raw Material Handling (Stockyard) yang mampu menampung 400 ribu ton per tahun.

 

Proyek kedua adalah, penambahan kapasitas baja lembaran panas melalui pembangunan Hot Strip Mill #2 yang sudah mencapai 90,23 persen terhitung sejak November 2018. Proyek pemasok baja Hot Rolled Coil dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun ini ditargetkan selesai pada April 2019.

 

Proyek Hot Rolled Coil yang sudah beroperasi di Krakatau Steel bahkan mengalami pencapaian yang sangat baik hingga akhir 2018.

 

“Rekor volume penjualan HRC berhasil dicapai pada bulan Oktober 2018. Kala itu mencapai 127.005 ton, setelah sebelumnya pada bulan Maret sempat mencapai 120.843 ton,” lanjut Silmy.

 

Sementara, total volume penjualan produk baja perseroan selama Januari–September 2018 mencapai 1.595.260 ton. Ini berarti naik 14,24 persen Year-on-Year (YoY) dari 1.396.422 ton selama periode yang sama tahun lalu.

 

“Kami juga mencatat rekor produksi HRC tertinggi sebesar 189.702 ton pada November 2018,”pungkas Silmy.

 

Kemudian dari sisi efisiensi, perseroan telah melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di Hot Strip Mill. Perbaikan itu diantaranya terkait peningkatan produktivitas pabrik serta penghematan konsumsi energi dan bahan consumables seperti konsumsi gas, listrik, dan work roll.  Total penghematan mencapai  Rp593 miliar hingga November 2018.

 

Selama Januari – September 2018, Krakatau Steel memiliki pangsa pasar HRC sebanyak 40 persen. Sisanya adalah pangsa produsen domestik lain dan impor.

 

Ini berarti kerugian Krakatau Steel berkurang di kuartal III tahun 2018. Kinerja keuangan, perseroan juga mengalami kenaikan dimana pendapatan bersih sebesar 22,71 persen (YoY). Laba-rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas produk meningkat sebesar 50,19 persen (YoY).