Jakarta, TAMBANG – ABB baru saja merilis APAC Energy Readiness Index 2025, sebuah survei yang menyoroti langkah-langkah yang ditempuh Indonesia dan negara-negara lain di Asia dalam mencapai target transisi energi.
Melibatkan lebih dari 4.000 pemimpin energi dari 12 negara di kawasan Asia Pasifik, survei ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang optimis dalam mempercepat transisi energi.
“Transisi energi adalah fase penting bagi masyarakat global. Di Indonesia, kami melihat optimisme yang tinggi, 65% pemimpin bisnis menyatakan bahwa peralihan ke energi bersih berjalan dengan kecepatan yang tepat, bahkan 40% perusahaan sudah menggunakan lebih dari 50% energi dari sumber terbarukan,” ungkap, Vice President of ABB’s Energy Industries division, Southeast Asia, Abhinav Harikumar di Jakarta, Rabu (24/9).
Menurutnya, optimisme tersebut didukung dengan kapasitas energi nasional yang saat ini mencapai 100 gigawatt, dan diproyeksikan bertambah 76 gigawatt hingga 2034. Menariknya, 70% tambahan kapasitas tersebut akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
“Menurut saya, ini sangat sesuai dengan kebijakan energi nasional serta RUPTL yang merupakan rencana bisnis pada tahun 2034. Hal yang menarik bagi saya pada saat ini, Indonesia memiliki kapasitas energi sekitar 100 gigawatts,” beber dia.
Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah berencana membangun 48.000 km jalur transmisi baru lebih panjang dari keliling khatulistiwa demi menghubungkan sumber daya seperti panas bumi, surya, dan biomassa dengan jaringan listrik nasional.
“ABB sudah berdiskusi dengan PLN dan rencananya adalah kita akan menambahkan 48,000 kilometer jalur transmisi untuk membantu pembangunan infrastruktur tersebut,” jelasnya.
Optimisme tersebut didorong dengan adanya momentum investasi di Indonesia sangat positif. Sebanyak 86% perusahaan mengalokasikan lebih dari 10% belanja modal (CAPEX) untuk proyek transisi energi, di atas rata-rata regional 73%.
“Lebih dari 55% responden juga memperkirakan investasi akan meningkat 50% dalam lima tahun mendatang,” imbuh dia.
Selain investasi, teknologi digital, otomatisasi, dan kecerdasan buatan (AI) dianggap sebagai faktor kunci untuk mendorong efisiensi dan dekarbonisasi industri. ABB menawarkan solusi seperti Symphony Plus untuk mengoptimalkan pembangkit listrik panas bumi dan Optimax Smart Grid yang mampu memprediksi permintaan energi berdasarkan cuaca, sehingga penyaluran listrik lebih efisien.
“Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin transisi energi di kawasan Asia Pasifik. Namun hal ini memerlukan kolaborasi, pembangunan infrastruktur, dan inovasi teknologi yang konsisten,” pungkasnya.