Beranda ENERGI Energi Terbarukan Ini Kesan Masyarakat Ulubelu Terhadap Hadirnya PLTP Mataloko

Ini Kesan Masyarakat Ulubelu Terhadap Hadirnya PLTP Mataloko

Emersiana Woi (60 thn), Warga Desa Ulubelu

Jakarta,TAMBANG,- Mataloko, TAMBANG,- Pengembangan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Mataloko dan beberapa PLTP lain di Flores-NTT menuai beragam tanggapan. Secara umum ada dua kelompok besar yakni ada yang menolak dengan berbagai alasan. Ada juga kelompok masyarakat yang mendukung dengan dasar dan alasannya.

Dalam kunjungan ke PLTP Mataloko, www.tambang.co.id berkesempatan melihat langsung kemajuan pembangunan PLTP Mataloko. Di kesempatan ini, kami sempat Emerensiana Wawo, (60), warga Desa Ulubelu, Mataloko tempat pembangkit ini hendak dibangun.

Di kesempatan ini, Emerensiana menegaskan kehadiran proyek Geothermal di wilayahnya telah memberi dampak signifikan. Manfaat yang paling dirasakan mulai pembukaan dan peningkatan akses jalan. Jalan menuju Desa sudah bagus yang turut membantu Masyarakat ke kebun-kebun. Kemudian ada peningkatan ekonomi seiring dengan mulainya pembangunan infrastruktur pending. Warga sudah bisa menjual sayur-sayuran, cabai, hingga ayam untuk konsumsi para pekerja. Kemudian yang tidak kalah penting lagi lapangan kerja bagi warga lokal. PLN juga telah menjalankan beberapa program CSR yang sudah mulai dirasakan masyarakat.

“Masyarakat di sini 100% menerima. Kalau rumor kemarin, yang menyatakan orang di sini menolak, itu bohong. Kalau untuk kami warga desa, saya orang pertama yang menyatakan itu di DPR RI kemarin, bahwa Ulubelu siap 100% menerima perubahan ini dari awal. Bahkan, sejak 1999 (proyek dimulai) sampai hari ini,” ungkap Emerensiana.

Ia berharap, proyek yang segera berjalan, menghasilkan listrik karena dengan itu Masyarakat akan menerima manfaat yang lebih besar lagi. Ia dan Masyarakat mengaku senang daerahnya bisa menghasilkan listrik yang bisa dimanfaatkan tidak hanya oleh Masyarakat Ngada tetapi seluruh Pulau Flores.

“Pesan kami, semoga ini (PLTP) tetap dijalankan, dan semakin lebih cepat lebih baik, sehingga bisa mengurangi rumor-rumor negatif kemarin. Sehingga biar jadi sesuatu kenyataan yang bermanfaat untuk semua orang, termasuk orang yang menyebarkan rumor-rumor yang negatif itu,” tambah Emerensiana.

Ibu Emerensiana banyak bercerita termasuk tentang bagaimana awalnya pengembangan PLTP ini berjalan. Ia juga mengaku sudah mendapat banyak informasi dan pengetahuan tentang PLTP. Termasuk dari beberapa tenaga ahli panas bumi yang berkunjung ke daerahnya.

Tanam Sayur Dekat Manifest

Di kesempatan ini, www.tambang.co.id juga berkesempatan mengunjungi manifest yang selama ini sudah ramai dipublikasikan. Masih terlihat beberapa titik uap yang mengepul, bau belerang yang menyengat. Sesekali terdengar suara gemuruh seperti air yang mendidih.

Terkait dengan adanya manifest ini, Emerensiana mengaku bahwa semburan lumpur panas tersebut sebenarnya sudah ada ketika Ia masih kecil. Jauh sebelum kehadiran proyek Geothermal di Mataloko. Bahkan, menurutnya semburan lumpur tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyangnya.

“Karena di situ kan timbul, panas-panas, dengan mata-mata air kecil, mata air panas itu di kebun-kebun warga, di rumah-rumah warga. Itu mulai sejak kami masih kecil, sebelum nenek moyang mungkin,” terangnya.

Ia juga yakin bahwa sesuai dengan penjelasan beberapa ahli ahli geologi semburan lumpur panas tersebut akan hilang dengan sendirinya, ketika itu dialihkan ke sumur-sumur yang akan dibor dan dijadikan sebagai sumber tenaga listrik.

“Tapi ketika hadirnya, mulai survei, mulai adakan pembangunan geotermal ini, ketika sumur itu sudah dibor, mungkin panasnya dialihkan ke situ (wellpad). Sekarang terbukti, daerah sekitar itu sudah hijau kembali. Di lokasi itu kan, kemarin sempat viral, bilang ini seperti di lumpur Sidoarjo, lumpur Lapindo, itu mungkin tidak seperti itu,” tandasnya lagi.

Tidak hanya itu areal tersebut saat ini telah dibeli pihak PLN.

Menariknya lagi, tidak jauh dari manifest tersebut ada kebun sayur. Tim Redaksi sempat bertemu Marselus Gone (40) Warga Desa Wogo, Mataloko. Ia merupakan satu dari delapan orang anggota Karang Taruna yang melaksanakan budidaya sayuran tersebut. Ia  sedang merawat tanaman sayur.

Ia mengakut tidak takut dan terganggu dengan adanya manifest. Ia bahkan bercerita bahwa secara bertahap mereka akan memperluas area Garapan dengan berbagai jenis sayuran, cabai dan banyak lagi.

Dia berkisah, sayur mayur yang ditanam itu tidak menggunakan pupuk organik, karena lahannya subur. Begitupun dengan pasokan air, sama sekali tidak ada ada kendala.

“Jadi, tidak ada cerita gara gara Geothermal (Panas Bumi) ini tanaman tidak tumbuh, debit air kurang. Ini buktinya, sayuran ini tumbuh, padahal ini hanya 30-40 meter dari lokasi manifes,”ungkap Gone

Tidak hanya itu, tidak jauh dari situ, sekitar 100 meter dari lokasi manifes, ada juga pohon kemiri tumbuh subur dengan buahnya. Begitu juga pepohonan lainnya. Tidak tampak kerusakan tanaman warga seperti yang ramai diberitakan.

Untuk diketahui, Pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) saat ini sedang dalam fase penyiapan 4 tapak pengeboran (wellpad A,B,C,D). Diharapkan dari sana akan menghasilkan listrik berkapasitas 2X10 megawatt (MW). Direncanakan pada awal tahun sudah fase pengeboran yang untuk satu Welpad butuh kurang lebih 6 bulan. Direncanakan jika dalam dua wellpad awal sudah bisa menghasilkan listrik dengan kapasitas masing-masing 10 MW maka ditargetkan akan COD pada 2027.