Beranda Tambang Today Insentif 10 Persen, PTBA Terganjal Angkutan Batu Bara

Insentif 10 Persen, PTBA Terganjal Angkutan Batu Bara

Jakarta, TAMBANG – PT Bukit Asam (PTBA) digadang-gadang sebagai perusahaan yang mampu memanfaatkan insentif 10 persen. Saat disosialisikan, banyak pengusaha batu bara menilai, insentif tambahan kuota produksi ini tidak menarik. Pasalnya, menaikkan produksi bukanlah hal mudah.

 

Saat dikonfirmasi, Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin menegaskan, peningkatan produksi masih terganjal kapasitas moda angkutan.

 

“Memang ada insentif 10 persen, tapi di sini kita punya keterbatasan. Kalau kita menambah kuota produksi, kita punya kendala jasa angkutan,” kata Arviyan seusai acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan di Hotel Borobudur, Rabu (11/4).

 

Sebenarnya, PTBA sanggup untuk memproduksi hingga 28,4 juta ton batu bara, angka yang sudah ditambah 10 persen dari kuota produksi sebelumnya yang dicanangkan mencapai 25,88 juta ton. Hanya saja, penambahan itu masih diragukan karena moda transportasi pengangkut masih belum memadai.

 

Saat ini, lanjut Arvian, pihaknya masih mengkaji soal kapasitas angkutan batu bara dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku mitra kerjasama pengangkutan.

 

“Ini masih kajian dari teman-teman, melihat kemampuan PT KAI. Kita berusaha melihat, apakah peluang untuk meningkatkan angkutan 10 persen itu terbuka. Kalau terbuka peluang angkutan kita, KAI tentunya, kita akan otomatis meningkatkan produksi 10 persen, karena terus terang ini tidak bisa dilakukan oleh PTBA sendiri. Kalau tidak mampu angkut KAI, nanti takutnya terbakar atau jadi stok,” ujarnya.

 

Asal tahu saja, insentif 10 persen diberikan bagi perusahaan yang sudah menunaikan kewajiban pasok Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 25 persen.

 

Senada dengan Arviyan, Sekertaris Perusahaan PTBA, Suherman juga meyakinkan, terkait kewajiban DMO, PTBA pasti bisa memenuhi. Sementara soal insentif, itu tergantung angkutan.

 

“DMO nya pasti terpenuhi. (Tambahan produksi 10 persen) tergantung dari angkutan,” papar Suherman.

 

Saat ditanya, apakah nantinya apabila PTBA bisa menambah kuota produksi, maka alokasinya akan diarahkan ke batu bara high calorie?

 

“Yang high calorie sudah masuk ke rencana (awal) kita,” beber Suherman.

 

Melihat pernyataan ini, nampaknya PTBA tidak mengalokasikan tambahan produksi ke batu bara high calorie. Justru insentif akan diarahkan ke pasar domestik.

 

Sebagai pembanding, PTBA memberi porsi produksinya untuk domestik sebesar 53 persen di tahun 2018, dan porsi ekspornya sebesar 47 persen.