Beranda Korporasi Ketua Umum APNI Ditunjuk Jadi Komut PURE

Ketua Umum APNI Ditunjuk Jadi Komut PURE

Jakarta,TAMBANG, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Trinitan Metals and Minerals,Tbk (PURE) menyepakati beberapa hal. Salah satunya terkait penunjukkan Insmerda Lebang sebagai Komisaris Utama. Insmerda sendiri adalah Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI).

RUPST ini digelar di Bogor, Jawa Barat pada Rabu (19/8). Dalam RUPST yang diselenggarakan dengan protokol Covidi-19 tersebut, para pemegang saham PURE juga menyetujui perubahan susunan Direksi Perseroan. Petrus Tjandra ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Parluhutan sebagai Direktur.

Berikut adalah susunan Direksi dan Dewan Komisaris PURE yang baru. Di jajararan direksi ditetapkan Petrus Tjandra sebagai Direktur Utama; Widodo Sucipto sebagai Direktur dan Parluhutan sebagai Direktur.

Sementara jajaran Komisaris ditetapkan Insmerda Lebang sebagai Komisaris Utama; Richard Tandiono sebagai Komisaris; Hideki Iida sebagai Komisaris dan Sungkana sebagai Komisaris Independen.

Untuk diketahui, Insmerda Lebang menjabat Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) sejak 2017. Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Presiden Komisaris di PT Timah (Persero),Tbk (2007-2016), dan PT Feron Tambang Kalimantan (2008-2010).

Akan Bangun Smelter Untuk Nikel Kadar Rendah

Dalam Keterangan Resmi, Kamis (20/8), Insmerda Lebang menjelaskan sebagai langkah awal Perseroan adalah fokus pada pengolahan nikel dan kobalt. Ini sebagai bentuk dukungan bagi perkembangan industri baterai untuk mobil listrik nasional.

“PURE memiliki inovasi bernama STAL Technology. Kami yakin terobosan teknologi karya anak bangsa ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah sekitar 96 juta metrik ton nikel kadar rendah yang menumpuk di Indonesia. Kami menargetkan untuk bekerja sama dengan 10 pemilik IUP nikel lokal pada tahun ini sebagai offtaker,” jelas Insmerda Lebang.

Di kesempatan yang sama, Petrus Tjandra selaku Direktur Utama PURE juga menyebutkan bahwa Perseroan akan terus berkembang untuk mengekstraksi bahan mineral lainnya, termasuk logam tanah jarang (rare earth mineral). Ini dilakukan dengan mengembangkan inovasi-inovasi teknologi pengolahan dan pemurnian logam dan mineral ramah lingkungan berbasis Hidrometalurgi, bekerja sama dengan penambang lokal.

“Harapan kami, seluruh sumber daya mineral di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa dan negara, mendatangkan devisa, serta memberikan lapangan kerja bagi masyarakat,” ungkap Petrus.

Untuk diketahui, PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE) telah merampungkan proses uji kelayakan untuk ekstraksi nikel menggunakan teknologi Hidrometalurgi Roasting-Leaching-Electrowinning Process (RLEP).

Emiten yang bergerak dalam industri pengolahan metal dan mineral tersebut mengklaim bahwa teknologi baru yang mereka kembangkan mampu mengolah bijih (Ore) nikel laterit kadar 1% sekalipun menjadi logam nikel murni berkadar 99,96%.

Hydro Project Leader PURE Marjohan Satria menjelaskan, teknologi RLEP berbeda dengan teknologi Hidrometalurgi yang umum digunakan oleh smelter di Indonesia saat ini, yakni High Pressure Acid Leaching (HPAL).

“Teknologi RLEP mampu memproduksi nikel murni berkadar 99,96% lebih cepat dan dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Bahkan perolehan atau yield nikel dapat mencapai 95%,”kata Marjohan

Sementara terkait harga patokan mineral, pihak perusahaan memastikan untuk patuhi aturan pemerintah dalam bekerja sama dengan penambang nikel. Perhitungan HPP (harga pokok produksi) telah dikalkulasikan oleh perseroan dalam studi kelayakan untuk STAL Technology.

Pihaknya juga telah menyampaikan komitmen tersebut kepada para pemilik tambang terkait HPM yang ditetapkan pemerintah.

“Upaya ini merupakan salah satu langkah kami untuk mendukung pemerintah membenahi tata kelola nikel nasional, sekaligus menjaga daya saing industri hilirisasi di Indonesia”, tutupnya.