Beranda ENERGI Energi Terbarukan Pemerintah Kenalkan GSEN pada Presidensi G20 Indonesia, Apa Itu?

Pemerintah Kenalkan GSEN pada Presidensi G20 Indonesia, Apa Itu?

JAKARTA, TAMBANG – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana akan menjadikan Forum Presidensi G20 Indonesia yang diselenggarakan di Bali pada November mendatang sebagai ajang pengenalan Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) kepada dunia.

Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis, Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, salah satu isu dalam GSEN adalah komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat melalui rencana transisi energi dari energi fosil ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

“GSEN ini adalah gambaran bahwa kita bergerak ke arah EBT, kita akan gunakan sebaik-baiknya. Di forum G20 kita akan mengenalkan kepada dunia bahwa kita punya skenario untuk mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat,” kata Yudo pada Exclusive Sharing: A Great Leap untuk Diplomasi Energi Indonesia, dikutip dalam keterangan resmi, Jumat (4/2).

Yudo memaparkan, GSEN menargetkan bauran energi dari EBT sebesar 100 persen pada tahun 2060, dengan kapasitas 587 Gigawatt (GW). Total kapasitas tersebut mencakup Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 361 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 83 GW.

Kemudian untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 39 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 35 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 37 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Tenaga Panas Bumi (PLTP) 18 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut sebesar 13,4 GW.

“Tambahan pembangkit setelah tahun 2030 hanya dari EBT. Mulai 2035 akan didominasi oleh Variable Renewable Energy (VRE) berupa PLTS, pada tahun berikutnya menyusul PLTB dan PLT arus laut. PLTP juga akan dimaksimalkan hingga 75 persen dari potensinya,” jelas Yudo.

Selain itu, Yudo mengatakan, tidak akan ada lagi tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), kecuali yang telah kontrak dan konstruksi. PLTU PLN akan retired lebih cepat dibandingkan revaluasi aset. PLTU Independen Power Producer (IPP) retired setelah berakhirnya PPA, dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) retired setelah usia 30 tahun.

PLTA menurutnya akan dimaksimalkan dan listriknya dikirim ke pusat-pusat beban di pulau lain. Selain itu, PLTA juga akan memberikan keseimbangan bagi pembangkit Variable Renewable Energy (VRE). PLTN juga akan masuk sekitar tahun 2049 untuk menjaga keandalan sistem.

“Selain itu, pumped storage akan dimulai pada 2025 dengan target 2060 sebesar 4,2 GW. Battery Energy Storage System (BESS) mulai masif di tahun 2031, dan kapasitasnya akan mencapai 140 GW pada 2060. Hidrogen juga akan dimanfaatkan bertahap mulai 2031 dan mulai masif pada 2051. di tahun 2060 ditargetkan hidrogen mencapai 52 GW,” tutup Yudo.