Beranda Tambang Today Pemerintah Serius Tunjuk Pertamina Promotor Gasifikasi Batu Bara

Pemerintah Serius Tunjuk Pertamina Promotor Gasifikasi Batu Bara

Jakarta, TAMBANG – Pemerintah berkali-kali menegaskan, PT Pertamina harus jadi promotor proyek gasifikasi batu bara. Keseriusan itu disampaikan setelah Pertamina diberi mandat untuk mengurangi ketergantungan impor gas alam alias elpiji.

 

Jika melihat kondisi saat ini, sekitar 70 persen elpiji nasional masih diimpor. Pada tahun 2017, Indonesia mengonsumsi sekitar 7 juta ton elpiji. Oleh karena itu, program diversifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sangat ditunggu-tunggu realisasinya.

 

“Pertamina karena sudah kerjasama dengan Bukit Asam untuk memproduksi DME di Indonesia. Kalau pakai DME, kita tidak perlu lagi impor elpiji. Untuk ketahanan energi, salah satunya menggunakan batu bara menjadi DME, untuk pengganti elpiji yang 70 persen impor,” ungkap Menteri ESDM, Ignasius Jonan saat berpidato dalam agenda Pertamina energy Forum, Kamis (29/11).

 

Sebagaimana diketahui, Pertamina dan PT Bukit Asam telah menandatangani kerjasama pengembangan DME, dengan menggandeng  Air Products and Chemicals Inc, perusahaan asal Amerika Serikat. Kerja sama meliputi pengembangan gasifikasi batubara di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau.

 

Selain DME, kerjasama tersebut juga akan melahirkan peningkatan nilai tambah lainnya, yakni mengolah batu bara menjadi synthetic natural gas (SNG).

 

Hal senada disampaikan juga oleh  Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno. Menurutnya, Pertamina tidak hanya diberi mandat proyek gasifikasi di Peranap, tapi juga di Tanjung enim. yang bekerja sama dengan Pupuk Indonesia, Candra Asri dan Bukit Asam.

 

“Yang ingin kami sampaikan, untuk mendorong mempercepat kerjasama pembangunan, tidak hanya sampai di MoU (Memorandum of Understanding) dan HoA (Head of Agreement). Tetapi harus betul-betul dilaksanakan, Kalau bisa akhir tahun ini (selesai administrasi) pembangunan gasifikasi di Peranap, Riau,” tegas Fajar..

 

Kedua kerjasama tersebut diproyeksikan akan menghasilkan produk hilir yang beragam, seperti ethanol dan petrochemical. Fajar menilai, proyek gasifikasi di Peranap akan lebih cepat berjalan dibandingkan dengan rencana gasifikasi di Tanjung Enim.

 

“Juga mempersiapkan disamakan dengan Bukit Asam, Pupuk Indonesia, Candra Asri di Tanjung Enim, yaitu rencana membuat ethanol, DME, ada petrochemical di sana. Walaupun tentu saja yang jauh lebih siap itu yang di Peranap, karena bekerjasama langsung dengan pemilik teknologi, Air Products sudah mempunyai teknologi petrochemical,” jelas Fajar.

 

Di sudut berbeda, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati membenarkan, pihaknya diberi target membangun pabrik di Peranap dengan kapasitas 400 ribu ton DME dan 50 MMSCFD SNG per tahun. Dan harus mulai berjalan pembangunannya pada awal tahun 2019.

 

“Kami akan bangun yang di Peranap dengan Bukit Asam, awal tahun sudah mulai perencanaan proyeknya,” tutur Nicke.