Beranda ENERGI Energi Terbarukan Pentingnya Peran PLTP Untuk Sistem Kelistrikan Flores

Pentingnya Peran PLTP Untuk Sistem Kelistrikan Flores

Dok. PLN UIP NUSRA

Bajawa,TAMBANG, Pegembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Flores. Saat ini margin antara pasokan listrik dengan beban puncak sangat tipis. Data PLN UIP Nusra menyebutkan daya listrik yang tersedia di Pulau Flores hanya 104,2 Megawatt (MW), sementara beban puncak sekitar 96-97 MW. 

“Artinya, cadangan listrik yang tersisa sangat minim, hanya 7-8 MW,” terang Manajer Komunikasi dan Perizinan PLN UIP Tenggara Bobby Robson Sitorus.

Sementara khusus di Kabupaten Ngada, beban puncak tercatat sebesar 5 MW dan masih sangat bergantung pada pasokan dari daerah lain seperti Manggarai Barat dan Ende. Pasokan listrik dari pembangkit yang ada di Kabupaten Ngada yakni PLTMH Ogi dan Waeroa tidak bisa memenuhi kebutuhan beban puncak. Kapasitas kedua pembangkit ini masing-masingnya hanya sebesar 0,1 MW dan 0,2 MW.

Kondisi ini menjadi alasan kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko berkapasitas 2×10 MW sangat penting untuk menopang pemenuhan kebutuhan listrik baik di Kabupaten Ngada dan sistem kelistrikan Flores ke depan. Apalagi pulau yang dikenal Nusa Bunga ini tengah bertumbuh yang menuntut tambahan pasokan listrik.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034, Sistem Flores akan mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 130 MW dari PLTP-PLTP yang sedang dikembangkan. “Dari Panas bumi itu 130 MegaWatt. Ditargetkan sumber listrik yang paling banyak di Flores berasal dari panas bumi,” ungkap Bobby.

Pilihan pada PLTP dilatari oleh potensi panas bumi yang dimiliki pulau ini cukup besar. Sumber energi lain seperti PLTS juga akan dikembangkan dengan kapasitas antara 50 sampai 60 MW. PLN juga mengkaji potensi energi terbarukan lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut. “Saat ini kedua sumber energi tersebut belum masuk dalam RUPTL karena masih dalam kajian,”terang Bobby lagi.

Kelistrikan Di NTT

Di kesempatan ini Bobby juga menjelaskan tentang kelistrikan di NTT. Oleh karena wilayah NTT terdiri banyak pulau maka sistem kelistrikan pun dibagi dalam beberapa sistem. Ada sistem Timor, Sistem Flores, Sistem Alor, Sistem Rote dan Sistem Waingapu. Masing-masing sistem ini beban puncaknya berbeda dimana Flores tercatat beban puncaknya paling tinggi.

“Kalau sistem Flores, beban puncaknya sebesar 104 MW.  Sistem Timor dengan beban puncak 129-130 MW. Kemudian sistem Rote, itu paling cuma 4 MW. Sistem Alor itu 3 MW. Lalu ada sistem Waingapu itu 3 MW. Sementara dari sisi sumber listrik saat ini paling banyak bersumber dari energi fosil, pakai solar sama pakai batu bara. Itu sekitar 87 persen,”terang Bobby.

Ke depan PLN akan mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan setidaknya di dua Sistem yakni sistem Timor dan sistem Flores. Jika di Flores yang akan didorong PLTP maka di Sistem Timor yang akan didorong adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dalam 10 tahun ke depan, total kapasitas PLTS yang akan di Sistem Timor sebesar 136 MW.

Namun menurut Bobby ada sejumlah tantangan dalam pengembangan PLTS. Mulai dari kebutuhan lahan yang lebih besar sehingga ditakutkan akan mengurangi ruang hidup masyarakat. Banyangkan saja satu MW listrik dari PTLS dibutuhkan lahan sebesar 1 hektar. Dengan demikian jika dibangun 40 Mw maka dibutuhkan 40 hektar belum termasuk untuk infrastruktur lainnya. Bandingkan dengan PLTP seperti PLTP Pocoleok dengan kapasitas 40 MW hanya dibutuhkan area kurang lebih 20 hektar.

Kemudian dalam pengembangan PLTS yang dibutuhkan adalah lokasi yang panas mataharinya lebih dari 8 jam. Ini tidak mudah ditemukan di Flores. “Kalau di Manggarai mana bisa 8 jam. Di sini (Bajawa) mana bisa 8 jam? 4 jam itu sudah bagus sekali,”ungkap Bobby lagi.

Sebagai informasi tambahan saat ini ratio elektrifikasi di NTT mencapai 97-98%. Masih ada beberapa area khusus yang terpencil yang belum menikmati listrik. Namun selain itu isu yang krusial dari kelistrikan di NTT adalah jaminan pasokan. Dengan margin yang tipis antara pasokan dengan kebutuhan maka masih besar potensi untuk terjadinya byar pet.

Hal ini juga yang mendorong PLN tetap mendorong pengembangan PLTP untuk menjami keamanan pasokan listrik di NTT dan khusus lagi di Flores. “Dan pengembangan panas bumi saat ini juga sebagai langkah mengantisipasi kenaikan kebutuhan listrik yang terus meningkat di masa depan. Kita mulai bangun pembangkit saat ini juga untuk memenuhi kebutuhan listrik ke depan. Butuh waktu beberapa tahun untuk membangun pembangkit khusus dari PLTP,”pungkas Bobby.

Listrik tidak sekedar infrastruktur tetapi telah menjadi kebutuhan manusia modern. Oleh karenanya pengembangan sumber energi listrik di setiap daerah juga jadi kebutuhan.