Denpasar, TAMBANG – Negara-negara ASEAN siap memperkuat kerja sama di sektor pertambangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal tersebut terlihat dari komitmen tiap delegasi pada ASEAN Mining Conference (AMC) 2024.
“Konferensi Pertambangan ASEAN harus terus memanfaatkan hubungan simbiosis antara Foreign Direct Investment (FDI), pembangunan industri dan integrasi regional,” ungkap Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot dalam sambutannya di The Meru Sanur, Denpasar, Senin (18/11).
Untuk menjaga momentum FDI yang telah tercapai, ASEAN, kata Yuliot perlu memperkuat kerja sama regional lebih lanjut, mengembangkan sumber daya manusia serta keterampilan untuk industri yang tengah berkembang. Termasuk menarik investasi yang berfokus pada teknologi untuk mendorong kemajuan ekosistem industri dari hulu sampai hilir.
“Untuk mempertahankan momentum FDI yang dicapai, ASEAN perlu lebih jauh mempertahankan kerja sama regional, mengembangkan sumber daya manusia dan keterampilan untuk industri yang sedang berkembang, menarik investasi yang berorientasi pada teknologi, memajukan peningkatan industri, dan memperkuat kemitraan publik-swasta dalam pengembangan ekosistem industri,” ungkap Yuliot.
“Saya berharap ASEAN Mining Conference 2024 membawa manfaat dan kemakmuran yang besar bagi pembangunan berkelanjutan industri pertambangan di kawasan kita,” imbuh dia.
Senada, Deputy Secretary General of ASEAN for ASEAN Economic Community, Satvinder Singh menjelaskan AMC menjadi komitmen yang kuat terhadap kesatuan dan perkembangan kerja sama saat negara-negara ASEAN mendorong isu-isu penting terkait pembangunan berkelanjutan dan transformasi yang mempengaruhi industri pertambangan.
“Pertemuan kita minggu ini benar-benar menjadi bukti komitmen yang teguh terhadap persatuan dan pertumbuhan kolaboratif saat kita memajukan isu-isu yang sangat penting tentang pembangunan berkelanjutan dan transformasi yang berdampak pada industri kita,” jelasnya.
Satvinder Singh memperkirakan pada tahun 2030 ASEAN akan menjadi blok ekonomi terbesar keempat di dunia. Ini akan menjadi suatu kekuatan ekonomi yang relevan bagi dunia yang didorong dengan industri pertambangan berkelanjutan.
“Yang sama pentingnya adalah seluruh komunitas pertambangan kita berkomitmen untuk memposisikan sebagai tujuan investasi yang menarik terutama pada komoditas mineral berkelanjutan,” ucapnya.
Pertambangan berkelanjutan adalah praktik pertambangan yang mengutamakan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat, sambil memastikan bahwa sumber daya alam dapat digunakan secara efisien dan bertanggung jawab untuk kepentingan generasi sekarang dan masa depan.
Ketua Umum Indonesia Mining Association (IMA), Rachmat Makkasau membeberkan bahwa ASEAN merupakan kawasan strategis yang memiliki peran penting dalam industri pertambangan dunia. Kata dia, hampir 50% timah dunia berasal dari ASEAN, termasuk nikel dan tembaga.
“Saya kira 50% timah berasal dari kawasan ASEAN. Nikel, sekitar setengah dari produksi nikel berasal dari kawasan ASEAN. Produksi tembaga, saya kira saat ini, mungkin sekitar 3-4% dari produksi dunia,” ucapnya.
“Tetapi, apa yang akan terjadi dalam lima tahun ke depan, ketika permintaan tembaga tinggi, dan produksi rendah, saya kira ASEAN akan memainkan peran besar dalam produksi tembaga,” beber Rachmat.
Sebagai informasi, ASEAN Mining Conference 2024 dilaksanakan atas kerja sama antara IMA, Majalah TAMBANG dan Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO) serta didukung Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM. Acara berlangsung di The Meru Sanur, Denpasar, 17-20 November 2024.
AMC 2024 juga merupakan kegiatan untuk menyemarakkan The ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) yang diikuti pejabat-pejabat pemerintahan negara-negara ASEAN bidang energi dan pertambangan.