Jakarta, TAMBANG – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) resmi dipercaya untuk mengelola 18 proyek prioritas hilirisasi lintas sektor. Penugasan ini menjadi langkah strategis dalam mempercepat program hilirisasi nasional yang tengah didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dalam negeri.
Dari total 18 proyek tersebut, delapan di antaranya berasal dari sektor mineral dan batu bara (minerba), yang menjadi porsi terbesar. Proyek-proyek ini mencakup pengembangan industri smelter aluminium, dimethyl ether (DME), aspal Buton, mangan sulfat, stainless steel slab, turunan tembaga, besi baja, hingga chemical grade alumina. Seluruh proyek ini akan tersebar di berbagai wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian kecil di Jawa Timur.
Selain sektor minerba, Danantara juga akan mengelola dua proyek transisi energi, yaitu pembangunan pabrik modul surya terintegrasi berbasis bauksit dan silika di Batang, Jawa Tengah, serta industri bioavtur dari minyak jelantah yang akan dibangun di Marunda, Cikarang, dan Karawang.
Untuk mendukung ketahanan energi nasional, dua proyek strategis lainnya mencakup pembangunan kilang minyak (oil refinery) dan tangki penyimpanan minyak (oil storage tanks). Sementara itu, sektor pertanian menyumbang tiga proyek hilirisasi, yaitu industri oleoresin dari pala, oleofood dari kelapa sawit, dan industri olahan kelapa seperti nata de coco, MCT, coconut flour, dan activated carbon.
Tak kalah penting, sektor kelautan dan perikanan juga mendapat perhatian lewat tiga proyek hilirisasi, yakni pengembangan industri Chlor Alkali Plant (dari garam), industri fillet ikan tilapia, serta industri carrageenan berbasis rumput laut.
Total investasi dari seluruh proyek ini diperkirakan mencapai Rp618,13 triliun, mencerminkan komitmen serius pemerintah dan Danantara dalam mewujudkan hilirisasi sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.
CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengatakan bahwa kontribusi investasi di bidang hilirisasi meningkat cukup signifikan.
“Kurang lebih dari investasi yang masuk di kloter kedua atau kalau dalam satu semester, itu kurang lebih kontribusinya dari Rp950triliun lebih itu mencapai 30%, itu berdasarkan dari hilirisasi,” ucap dia dikutip Rabu (23/7).
Rosan juga menyebutkan selama empat bulan Danantara diluncurkan, telah mendapatkan pendanaan melalui kerja sama dengan Dana Kekayaan Negara (Sovereign Wealth Fund) lain sebesar USD7 miliar.
“Dari USD7 miliar itu dengan Qatar USD4 miliar, kemudian dengan CIC (China Investment Corporation) USD2 juta dan juga kemudian dengan RDIF (Russian Direct Investment Fund). Dan kita sedang ada pembicaraan dengan Sovereign Wealth Fund lainnya untuk bersama-sama untuk berinvestasi terutama di Indonesia,” pungkas Rosan.
Berdasarkan kajian awal Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, dari 18 proyek tersebut, proyek hilirisasi minerba menjadi yang terbesar dengan 8 proyek senilai USD20,1 miliar dan potensi menyerap 104.974 tenaga kerja. Proyek di sektor pertanian dan kelautan masing-masing menyerap 23.950 dan 67.100 tenaga kerja.
Sementara itu, proyek transisi energi bernilai USD2,5 miliar dan menyerap 29.652 tenaga kerja. Di sektor ketahanan energi, nilai investasinya mencapai USD14,5 miliar dengan potensi penyerapan 50.960 tenaga kerja. Secara keseluruhan, 18 proyek ini berpotensi menciptakan 276.636 lapangan kerja langsung dan tidak langsung.
Baca juga: 8 Proyek Prioritas Hilirisasi Minerba Ditangani Danantara, dari DME hingga Aspal Buton