Beranda Mineral LG Energy Solution Berburu Litium Ke Amerika, Amankan Bahan Baku Baterai EV

LG Energy Solution Berburu Litium Ke Amerika, Amankan Bahan Baku Baterai EV

Jakarta, TAMBANG – LG Energy Solution berburu pasokan litium ke Amerika Serikat untuk mengamankan bahan baku produksi beterai kendaraan listrik atau electrioc vehicle (EV). Perusahaan asal Korea Selatan itu baru saja meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan Compass Minerals, produsen litium global asal Negeri Paman Sam.

Dalam beberapa tahun mendatang, LG Energy memproyeksikan penambahan kapasitas produksinya untuk menyambut permintaan pasar yang terus meningkat.

Nantinya, Compass Minerals akan memasok LG Energy berupa litium karbonat dan litium hidroksida. Tak tanggung-tanggung, LG Energy memborong sebanyak 40% dari kapasitas produksi tahunan Compass Minerals dalam tahap perencanaan pertama. Sedangkan durasi kontrak pasokan disepakati selama 7 tahun mulai tahun 2025 mendatang.

“Mengamankan bahan baku utama menjadi sangat penting, untuk mempertahankan posisi terdepan kami di pasar baterai global,” kata Dongsoo Kim, Wakil Presiden Senior Pusat Pengadaan di LG Energy Solution lewat keterangan resminya, Selasa (6/7).

“LG Energy akan memastikan untuk mendukung pembentukan rantai pasokan yang stabil di Amerika Utara, sambil terus mencari dan memperoleh litium kelas baterai yang diproduksi ramah lingkungan di seluruh dunia.” sambungnya.

Sebagai informasi, Compass Minerals merupakan produsen mineral penting seperti sulfat of potash, sodium chloride, dan magnesium chloride. Saat ini, Compass Minerals sedang mengembangkan produksi litium untuk baterai seiirng peningkatan permintaan pasar.

Selain dengan Compass Minerals, LG Energy juga meneken kerja sama dengan SQM Chile untuk mengembangkan proyek investasi bersama rantai nilai industri elektro-mobilitas. Kemudian, LG Energy menandatangani perjanjian offtake dengan Liontown Resources Limited untuk pasokan konsentrat spodumene dari Kathleen Valley Lithium Project.

Di Indonesia, LG Energy membuka pabrik pembuatan baterai di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah. Investasinya mencapai sebesar USD 9,8 miliar atau Rp 142 triliun. Proyek pabrik baterai ini digadang-gadang menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.