Jakarta-TAMBANG. Pasca gempa yang mengakibatkan kebocoran reaktor nuklir di Jepang, faktor keamanan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) semakin menjadi sorotan. Rusia mengaku telah menguasai teknolgi tercanggih yang tingkat keamanannya lebih terjamin. Teknologi inilah yang ditawarkan Rosatom, sebuah BUMN asal Negeri Beruang Merah, untuk mengembangkan potensi energi nuklir di Indonesia.
“Setelah kejadian di Fukushima (Jepang), Rosatom memikirkan bagaimana keamanan bisa ditingkatkan lagi dari guncangan gempa dan tsunami. Jika pemerintah Indonesia berminat, mereka bersedia melakukan studi kelayakan di Indonesia,” ujar Sergey Kukushkin, Pakar Senior Perwakilan Perdagangan Federasi Rusia untuk Republik Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/11).
Tak hanya transfer teknologi PLTN Generasi III++ yang disebut tahan gempa dan tsunami itu yang ditawarkan pada Indonesia. Pihak Pemerintah Rusia pun menjanjikan bantuan finansial dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk membangun PLTN di Indonesia.
“Pemerintah Rusia akan memberikan bantuan pinjaman untuk pembangunan PLTN. Bantuan pembiayaan dapat dalam bentuk bantuan kenegaraan, perusahaan patungan antara Rosatom dan perusahaan lokal, atau konsorsium. Semua peluang masih terbuka,” Sergey menyampaikan pada kesempatan Dialog Kenegaraan yang digelar MPR-RI bekerjasama dengan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Sergey menyebut bahwa investasi yang diperlukan untuk pembangunan PLTN memang sangat besar. Namun itu hanya di awal, karena dalam jangka panjang biaya operasional PLTN jauh lebih rendah dibanding pembangkit listrik bersumber energi lain.
“Perkiraan biaya pembangunan dua blok PLTN dengan kapasitas total 2.400 MW adalah sekitar US$ 8 miliar,” rincinya.
Dari jumlah tersebut, Sergey menegaskan bahwa Pemerintah Rusia bersedia memberikan bantuan pembiayaan hingga separuhnya.
Meskipun tawaran manis tersebut telah terlontar, namun Sergey mengaku bahwa Pemerintah RI belum memberi respon. Saat ini Pemerintah RI dikatakan masih belum memprioritaskan pembangunan PLTN. Pengembangan energi nuklir sendiri baru dilakukan sebatas tahap pengkajian dan penelitian.