Beranda Mineral Seumur Jagung IPO, PAM Mineral Minat Caplok Tambang Nikel Baru

Seumur Jagung IPO, PAM Mineral Minat Caplok Tambang Nikel Baru

Jakarta, TAMBANG – PT PAM Mineral Tbk baru seumur jagung melantai di Bursa Efek Indonesia atau initial public offering (IPO), namun perusahaan tambang nikel ini berminat mencaplok tambang baru. Tujuannya untuk meningkatkan cadangan nikel yang ada.

Rencana tersebut termasuk dalam jangka menengah dan panjang perusahaan. Namun demikian, emiten berkode saham NICL ini belum menetapkan lebih rinci mengenai target harga maupun lokasi tambang yang bakal diakuisisi tersebut.

“Untuk jangka menengah dan jangka panjang perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan melalui akuisisi atau maupun mencari tambang baru,” ujar Direktur Utama PAM Mineral, Ruddy Tjanaka, Kamis (15/7) petang.

Menurutnya, pertambangan nikel, terutama yang berkadar rendah dengan kandungan kobalt tinggi, dinilai mempunyai peluang sebagai salah satu komponen utama dalam pembuatan baterai untuk kendaraan listrik. Permintaan bijih nikel juga diperkirakan akan meningkat khususnya dari industri kendaraan listrik.

Pasalnya, pangsa pasar kendaraan listrik di tahun 2019 baru mencapai 2,5 persen dan diperkirakan akan menjadi 10 persen pada tahun 2025 mendatang. Hal ini juga akan berimbas pada kenaikan pangsa pasar industri kendaraan listrik yang diprediksikan menjadi 28 persen di tahun 2030 dan 58 persen di tahun 2040.

Selain itu, pada tahun 2019, konsumsi nikel untuk bahan baku baterai mencapai 7 persen dari total konsumsi global. Sementara itu, pada tahun 2022, diperkirakan, permintaan nikel akan melebihi pasokan yang ada.

Di samping itu, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus mengalami peningkatan, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter yang ada.

Seperti diketahui, pemerintah akan mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) kerjasama dengan produsen mobil listrik dunia yaitu LG Chem (Korea) dan CATL (China) mulai groundbreaking pada akhir Juli 2021 ini. Selanjutnya, pabrik baterai tersebut diharapkan akan mulai beroperasi pada 2023.

“Adanya industri baterai nasional seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hidrometalurgi akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan diserapnya nikel kadar rendah yang diproduksi perseroan,” ujarnya.

Saat ini, PAM Mineral memiliki dua wilayah operasional, yakni di Sulawesi Tenggara Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara dan Desa Laroenai Kecamatan Bungku Pesisir Sulawesi Tengah dengan total luas sekitar 51 hektare.

Dia menambahkan, dengan perkembangan ke depan itu kebutuhan bijih nikel bisa melebihi 7-8 juta ton per bulan. Sementara itu, dengan eksplorasi perseroan dan perusahaan anak diproyeksikan masih memiliki sumber daya sekitar 28 juta ton lebih bijih nikel.

Untuk diketahui, NICL adalah perusahaan yang baru melantai pada 9 Juli 2021. Perseroan meraih dana IPO sebesar Rp 200 miliar setelah melepas sebanyak 20,70 persen saham atau setara 2 miliar saham ke publik dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham.