Beranda Tambang Today Tahun Ini 12 Smelter Siap Beraksi

Tahun Ini 12 Smelter Siap Beraksi

Jakarta-TAMBANG. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengklaim tahun ini akan ada 12 smelter mineral yang selesai dibangun. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, R Sukhyar mengatakan dari jumlah tersebut kebanyakan smelter untuk nikel dan zirkon.

 

“Kebanyakan adalah smelter nikel dan zirkon. Kapasitasnya produksinya enggak terlalu hafal tetapi pada dasarnya kalau bicara nikel itu skalanya puluhan ribu ton per setiap smelter per tahun,” katanya saat ditemui seusai acara Indonesia Mining Outlook 2015 di hotel Ritz Calton, Jakarta, rabu (28/1).

 

Selain nikel dan zirkon, ia menambahkan, ada juga smelter untuk feronikel dan nikel pig iron.

Kewajiban pembangunan smelter ini berkaitan dengan usaha pemerintah menggenjot target penerimaan negara bukan pajak dari sektor tambang sebesar Rp 40,3 triliun di tahun ini.

 

“Tahun lalu realisasinya Rp 34,2 triliun, dari target Rp 39 triliun. Jadi naik sekitar Rp 1 triliun, itu tidak mudah,” kata Sukhyar.

 

Sejauh ini, kata Sukhyar, pengadaan pembangunan smelter di Indonesia baru sekitar 80%, sisanya sudah selesai dibangun. Kebanyakan pabrik pengolahan dan pemurnian tersebut berlokasi di Sulawesi.

 

Kementerian ESDM, kata dia, sedang membicarakan perusahaan yang belum membangun smelter . Pemerintah sendiri mematok batas waktu hingga 2017 bagi pemegang Izin Usaha Pertambang (IUP) dan Kontrak Karya untuk memurnikan hasil tambang.

 

Ia menjelaskan, jika hingga batas waktu yang sudah ditentukan pelaku usaha belum membangun smelter maka Kementerian ESDM siap melakukan lelang lahan-lahan tambang yang telah dimiliki para pelaku usaha tambang di Indonesia.

 

“Jika lewat batas waktu yang sudah ditentukan maka ESDM akan membuka lelang, dan izin  IUP dikembalikan ke negara,” ungkapnya.

 

Sementara itu, dengan batasan waktu pembangunan yang sudah diberikan pemerintah itu para pemegang IUP seharusnya sudah meningkatkan komitmennya untuk mempercepat penyelesaian pembangunan smelter. Menurut Sukhyar, dari sekitar 600 pemegang IUP, hanya ada 25 yang menunjukan kemajuan.

 

“Berartikan 25 sementara IUP yang ada 600 kan ini menjadi pertanyaan, apakah bergabung dengan smelter yang ada,” terangnya.