Beranda spesial Tanpa Awak Satu Kali Terbang Eksplorasi Terpetakan

Tanpa Awak Satu Kali Terbang Eksplorasi Terpetakan

Terra Drone Indonesia dengan drone-nya dukung keberhasilan pemetaan topografi untuk kebutuhan eksplorasi tambang. Hanya dalam satu kali penerbangan, seluruh area pekerjaan bisa dipetakan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Aktivitas dilakukan dari jarak jauh, perusahaan mendapat kepastian keamanan dan keberlangsungan operasional tambang.

Pesatnya perkembangan teknologi membuat pesawat tanpa awak atau drone terkini tidak hanya digunakan untuk industri media, tetapi juga dapat mendukung sepenuhnya kegiatan industri pertambangan.

Pemanfaatan dan penggunaan teknologi drone pada operasi tambang, khususnya dilakukan pada kegiatan monitoring alat berat hingga menghitung volume ataupun pengukuran kontur. Pemanfaatan drone di area pertambangan yang sering dilakukan ialah pemetaan topografi untuk kebutuhan eksplorasi.

Hal ini mengingat penggunaan drone untuk pe-metaan topografi dapat menghemat waktu serta kebutuhan sumber daya manusia yang lebih sedikit dibandingkan cara konvensional.

Dalam satu kali penerbangan drone, ada banyak informasi yang berguna untuk menunjang kegiatan eksplorasi.

Penggunaan drone lebih ekonomis daripada survei menggunakan pesawat udara, serta memiliki minimum order yang lebih kecil.

Drone didesain untuk penggunaan yang sangat ringkas dan mudah dimobilisasi di lokasi kerja, sehingga tidak dibutuhkan peralatan maupun transportasi khusus. Hanya diperlukan satu orang pilot untuk mengoperasikannya, dan dengan kemampuan drone untuk mengganti sensor dengan sangat mudah, sehingga kegiatan lapangan menjadi jauh lebih efisien jika dibandingkan dengan harus menurunkan banyak orang untuk mengambil data yang berbeda-beda.

Drone bahkan dapat dibawa dengan mudah untuk menjangkau area yang sulit, atau cukup menerbangkannya dari jarak yang jauh. Hasil sudah bisa dilihat pada hari yang sama.

Adalah PT Terra Drone Indonesia, perusahaan penyedia jasa pemanfaatan drone untuk kegiatan perencanaan eksplorasi hingga rencana pembangunan infrastruktur untuk menunjang kegiatan operasi pertambangan.

Dalam metode pengambilan data dengan menggunakan fotogrametri ataupun teknologi lidar. Tujuannya antara lain untuk mengkalkulasi seberapa banyak kandungan atau sumber daya di area yang dipetakan.

Terra Drone Indonesia, teknologi dronenya tidak hanya membawa kamera saja, namun berbagai sensor juga dapat dibawa. Salah satu sensor yang dapat diba-wa untuk dimanfaatkan di area pertambangan ialah sensor Magnetic, tujuannya untuk mencari anomali yang berada di suatu area tertentu sehingga memudahkan tim untuk mengidentifikasi atau menganalisa area tersebut, contohnya potensi kandungan mineral atau logam yang ada di bawah tanah. Kelebihan yang didapatkan ialah perusahaan tambang dapat meningkatkan produktivitas mereka per hari, perencanaan eksploitasi, dan perencanaan pembangunan fasilitas. Drone sangat jauh lebih akurat dalam pengambilan data-data dibandingkan dengan survei melalui darat.

Drone magnetic umumnya digunakan untuk survei eksplorasi mineral yang memiliki karakteristik magnet seperti emas, bijih besi, dan mineral logam lainnya. Sedangkan drone GPR umumnya digunakan untuk survei eksplorasi nikel dan batu bara.

Survei dilakukan disesuaikan dengan jenis tambangnya, namun pada umumnya seluruh pertambangan membutuhkan survei topografi, dan drone LiDAR adalah solusinya.

Secara proses pengambilan data secara umum sama dan ringkas yaitu, perlunya penentuan jalur survei sesuai kebutuhan dan sensor yang digunakan, dan melakukan misi penerbangan bersama sensor tersebut.

Pengolahan data akan sesuai dengan sensor masing-masing, dan ahli geologi/geofisika akan terlibat dalam proses penentuan jalur survei untuk masing-masing jenis pertambangan dan nantinya melakukan pengolahan data.

Penunjang Eksplorasi

Dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi yang baik dan terstruktur harus dilakukan dengan terencana, terprogram, dan efisien. Drone memiliki peran penting untuk menunjang kegiatan eksplorasi, dengan proses yang cepat dan tepat.

Berapa cakupan luas yang dihasilkan drone? Cakupan luas yang dihasilkan bergantung dengan beberapa faktor yaitu, tujuan survei, tipe drone yang digunakan, serta tipe sensor yang digunakan.

Beberapa jenis pemetaan dengan menggunakan drone seperti pemetaan fotogrametri, LiDAR, Drone Magnetic, dan drone GPR.

Pemetaan fotogrametri dapat mencakup hingga 5000 Ha/hari dengan menggunakan drone tipe fixed wing yang dilengkapi dengan sensor RTK/ PPK sehingga menghasilkan akurasi hingga 5 cm.

Drone yang digunakan untuk kegiatan fotogrametri adalah Drone C-Astral Bramor ppX, yang didesain untuk pemetaan serta pemodelan udara. Untuk kelengkapannya memiliki kamera 42 MP, dan drone ini mampu memberikan resolusi sub-cm dengan akurasi tinggi. Waktu terbangnya hingga 3,5 jam, dan ini sangat cocok untuk pemetaan area yang sangat luas.

LiDAR, mampu menjangkau 150-200 hektar per hari menggunakan multirotor LiDAR, serta dapat mencapai 500 hektar menggunakan fixed wing LiDAR. Teknologi sensor Terra Lidar One yang diangkut dengan Drone DJI M300 mampu memberikan hasil yang sangat detail dan akurat dengan biaya dua hingga tiga kali lebih murah daripada teknologi serupa lainnya di pasar.

Kemudian adalah Drone Magnetic, yang mampu menjangkau hingga 24-30 kilometer per hari menggunakan drone multirotor, dibandingkan dengan menggunakan sensor darat yang hanya 2-3 kilometer per hari.

Sensor magnetic yang diangkut dengan drone mampu terbang lebih tinggi, sehingga mampu menjelajah area eksplorasi tanpa terhalang oleh akses dan kondisi hutan yang lebat.

Selanjutnya adalah Drone GPR, dengan jangkauan 5-6 kilometer per hari menggunakan drone tipe multirotor, dibandingkan menggunakan sensor di darat yang hanya 1-2 kilometer per hari. Drone GPR cukup ringan bila dibandingkan dengan pesawat berawak atau helikopter.