Beranda Kolom HUT RI Ke-80 Di Tembagapura

HUT RI Ke-80 Di Tembagapura

Oleh: Ferdy Hasiman*

Perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar dunia yang menambang di Grasberg, Papua, PT Freeport Indonesia (Freeport) melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka merayakan HUT RI ke-80 secara kolosal di Tembagapura. Ini adalah acara HUT RI pertama yang disiarkan masif Freeport ke seluruh nusantara. Tembagapura sendiri adalah daerah pemukiman khusus untuk perumahan karyawan Freeport Indonesia. Kota ini dibangun di atas 2.700 kaki dari permukaan laut sebagai penopang pembangunan operasi tambang tembaga dan emas di Grasberg. Tambang Grasberg sendiri memiliki cadangan sebesar 2 miliar ton biji (emas, tembaga dan perak) sampai akhir kontrak tahun 2041 dengan opsi perpanjangan 20 tahun. Freeport sendiri sahamnya sudah diserahkan ke pihak nasional, MIND ID dan pemerintah daerah Papua sebesar 51 persen sejak tahun 2019.

Perayaan HUT ke-80 ini menarik disimak karena Presiden Direktur Freeport Tony Wenas mengatakan, Freeport Indonesia sebagai tambang tembaga hulu ke hilir terintegrasi terbesar di dunia, sudah memberikan kontribusi luar biasa untuk negeri ini. Freeport telah mempekerjaan 30 karyawan dan subkontraktor dan 27 persen adalah anak-anak Papua.

Tony mengatakan, sejak tahun 2024, Freeport memberikan negara sebesar Rp80 triliun dengan menyumbangkan Rp11 triliun ke daerah. Freeport juga telah memproduksi emas batangan, dengan total keseluruhan mencapai 12 ton emas yang telah diproduksi yang tentu akan mengurangi impor emas Batangan untuk perusahaan negara, PT Aneka Tambang Tbk. selain itu, Freeport telah membangun smelter tembaga terbesar di dunia berkapasitas 1.7 juta ton konsentrat tembaga. Smelter memproses konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga, emas, perak, dan produk sampingan lainnya. Produk-produk ini memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan biji (ore), sehingga meningkatkan pendapatan ekspor Indonesia. Smelter juga mengolah lumpur anoda (byproduct dari pemurnian tembaga) menjadi emas, perak, logam mulia dan produk sampingan lain, seperti asam sulfat dan terak.  Dengan itu, Indonesia tak perlu mengimpor konsentrat tembaga lagi bahan yang membuat neracaya perdagangan mengalami defisit.

Kerap Diasosiasikan Asing

Freeport Indonesia yang kerap diasosiasikan sebagai perusahaan asing (Amerika Serikat) ternyata sangat nasionalis dan sangat mencintai  Indonesia. Di tengah menurunnya penerimaan negara dari pajak dan royalti perusahaan tambang,  Freeport ternyata menyumbang penerimaan negara paling besar. Tahun 2024 saja, Freeport menyumbang ke penerimaan negara berupa, pajak, royalti dan dividen sebesar Rp 80 triliun. Sementara kontribusi penerimaan untuk pemerintah daerah (provinsi Papua Tengah, kabupaten Mimika dan kabupaten penyanggah) mencapai Rp 11 triliun. Beroperasinya tambang Freeport di Grasberg berkontribusi memompa ekonomi kabupaten Mimiki dan Papua Tengah. Kontribusi Freeport untuk PDRB kabupaten Mimikiki mencapai 92 persen. Itu artinya, berkontribusi sangat besar untuk pembangunan Mimika dan Papua.

 Hanya memang ini peringatan untuk Pemda Papua agar mengolah dana bagi hasil Freeport dengan sebaik-baiknya untuk kemandirian ekonomi Mimika dan Papua Tengah. Dengan dana bagi hasil dari Freeport, kabupaten Mimika diharapkan bisa mandiri secara ekonomi ke depan dengan pengembangan sektor pertanian, perikanan, kelautan dan Usaha Kecil Menengah. Ini penting karena kontrak Freeport di Papua hanya sampai tahun 2041, syukur jika diperpanjang. Apabila kontrak Freeport selesai, ekonomi daerah itu bisa turun tajam, karena sekarang bersandar penuh  pada operasi tambang Freeport di Grasberg. Jadi, dengan perayaan kemerdekaan 17 Agustus, 2025, Papua harus menyadari dirinya bahwa pembangunan ekonomi lokal ke depan dari dana bagi hasil operasi tambang sangat mendesak.  

Dengan perayaan kemerdekaan  RI di Tembagapura, Freeport juga diharapkan ikut  andil memerdekaan anak-anak Papua, minimal tiga desa yang berada di sekitar daerah operasi tambang, seperti Banti, Arwanop dan Tsinga. Freeport diharapkan memperhatikan akses pendidikan, Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di Banti, Arwanop dan Tsinga. Perayaan kemerdekaan di Tembagapura juga diharapkan sebagai  penegasan Freeport atas komitmennya ikut terilibat dalam pembangunan di Papua, terutama di kabupaten Mimika dan Papua Tengah. Freeport diharapkan menjadi motor penggerak yang membebaskan rakyat Papua dari kemiskinan, pengangguran, buta huruf dan busung lapar. Dengan itu, pengolahan tambang tembaga dan emas Grasberg bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat Papua.  

Selama ini kritik banyak pihak yang dialamatkan kepada Freeport karena katanya perusahaan itu belum  berkontribusi  banyak pada Papua. Padahal, jika melihat indikator ekonomi kabupaten Mimika misalnya, kontribusi Freeport terhadap PDRB dan pergerakan ekonomi daerah itu sangatlah dominan. Tanpa operasi tambang Freeport di Grasberg, kabupaten Mimika tak semegah seperti sekarang.

Sejak beroperasi tahun 1967, daerah Mimika adalah wilayah terisolir. Pembangunan masih sulit.  Perang suku masih sering terjadi. Ketika Freeport masuk, daerah-daerah terisolir mulai dibuka dan dibangun. Kontribusinya untuk pemerintah daerah sangat besar. Memang tahun 1974-1976 ada Gerakan-gerakan demonstransi yang disebut January Agreement yang isinya tuntuntan agar Freeport membangun infrastruktur, seperti rumah sakit, sekolah dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Tuntutan itu sudah dijalankan Freeport. Beberapa kesepakatan dengan masyarakat suku dan pemerintah daerah terlihat sudah dijalankan Freeport. Meskipun demikina, Freeport perlu tetap memiliki tanggung jawab untuk membuat program pemberdayaan  masyarakat suku Amungme dan Komoro yang berada di wilayah operasi tambang Grasberg.

Tambang Grasberg sekarang sudah memasuki penambangan underground (tambang bawah tanah), setelah open-pit habis ditambang sejak tahun 2019. Tambang underground membutuhkan dana investasi sangat besar. Sejak tahun 2004, Freeport telah membangun tambang underground, mencakup infrastruktur tunel, train bawah tanah dan terowongan dengan biaya investasi hampir mencapai US$8 miliar dan baru berproduksi tahun 2021. Itu hasil kerja keras dan investasi besar yang menguntungkan Indonesia karena  Freeport adalah salah satu perusahaan di dunia yang memiliki kapasitas dan teknologi mengolah tambang underground. 

Pembangunan underground sangatlah penting untuk  menjaga produksi Freeport. Apabila produksi hulu di Grasberg terjaga dan produksi hilir di smelter Manyar stabil, Freeport akan memberikan penerimaan besar untuk negara tahun 2025 di  tengah negara ini sedang sulit karena dihadapkan situasi makro, penurunan  sisi penerimaan akibat kelesuan ekonomi. Itu artinya, perusahaan sekelas Freeport yang diasosiasikan perusahaan asing oleh “sebagian  rakyat Indonesia” ternyata berkontribusi besar bagi negara.

Selain itu, di tengah negeri ini dirundung kasus impor, Freeport Indonesia, konsentrat tembaga dan emas berasal dari Grasberg yang dikelolah di Smelter Manyar, Gresik,Jawa Timur, bisa menurunkan impor bahan baku emas batangan untuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). ANTM selama bertahun-tahun harus mengimpor bahan baku emas batangan dari Singapura yang membuat beban perusahaan menjadi tinggi. Begitupun dengan  bahan ikutan produk konsentrat tembaga lainnya, turut menyumbang pengurangan impor besar.

  Selain itu, dengan pembangunan  pabrik smelter berkapasitas 1,7 juta matrik ton di Manyar, Gresik, Freeport ingin menunjukan bahwa Indonesia tak boleh lagi menambang secara ekstratif, menjual biji tambang dalam bentuk mentah. Paradigma ekstratif hanya butuh buruh tambang untuk menggali dan sangat merusak lingkungan. Paradigma tambang ekstraktif perlu ditinggalkan. Indonesia perlu maju menuju paradigma hilirisasi yang mengolah bahan tambang agar memberikan nilai tambah bagi pembangunan. Dengan pengolahan biji tambang di smelter, harga bahan tambang meningkat, penerimana negara meningkat dan memberikan efek peliputan bagi  pembangunan nasional. Dangan  pembangunan smelter tembaga Freeport di Manyar, misalnya, penyerapan lapangan kerja mencapai 14.000 pekerja. Roda ekonomi di daerah itu juga akan tumbuh dengan cepat karena efek pelipatannya, mulai dari subkontraktor sampai Usaha Kecil dan Menangah yang akan tumbuh.

  Ini penting  di tengah isu ratusan ribu anak negeri kehilangan lapangan kerja karena kebangkrutan perusahaan, kelesuan ekonom dan efisiensi angaran. Negara membutuhkan perusahaan-perusahaan, seperti Freeport dan perusahaan tambang lainnya  untuk membantu menaikan penerimaan negara, meningkatkan lapangan kerja dan membantu memompa pembangunan ekonomi daerah. Di tengah daerah-daerah seluruh Indonesia mengalami kelesuan akibat efisiensi, konsumsi masyarakat daerah yang turun,  perusahaan sekelas Freeport diharapkan memberikan sumbangan untuk penerimaan daerah yang besar. Itu  juga dilakukan perusahaan tambang lainnya, seperti PT Amman Mineral yang memberikan kontribusi untuk daerah Sumbawa Barat di tengah kelesuan ekonomi sekarang.

Komitmen Bersama Bangun Bangsa

HUT Kemerdekaan Freeport di Tembagapura diharapkan menjadi komitmen penting bagi perusahaan itu membangun bangsa dan negara ke depan. Freeport memang sudah  banyak mengubah wajah kabupaten Mimika dan Papua. Indonesia masih membutuhkan Freeport membangun tambang underground di Grasberg dengan teknologi canggih dan teknik mumpuni. Freeport yang sahamnya sudah dikendalikan 51 persen oleh BUMN Tambang, MIND ID dan Pemerintah daerah Papua diharapkan membantu memberikan dividen besar. Sejak tahun 2019, Freeport telah mendivestasikan sahamnya sebesar 51 persen ke pemerintah Indonesia. Itu artinya, setiap tahun  selain membayar pajak dan royalty, Freeport menyumbangkan dividen besar kepada MIND ID dan pemerintah daerah Papua.

Dengan begitu, dana bagi hasil tambang dari penambangan tembaga dan emas di Grasberg, Papua sudah sangat besar berkontribusi untuk negara dan daerah di Papua. Hanya bagaimana caranya pemerintah pusat dan daerah mendistribusikan dana itu secara adil agar rakyat Papua tak hidup miskin  lagi. Hanya mungkin, dana besar diserahkan ke pemerintah daerah perlu dikelolah baik untuk pembangunan ekonomi rakyat Papua, termasuk membangun pendidikan anak-anak Papua dan membangun infrastruktur publik lainnya. Komitmen menjaga alam, lingkungan hidup dan budaya Papua harus terus digalakan agar perayaan kemerdekaan bukan hanya sekedar seremonial belaka.

*Direktur Eksekutif Indonesia Mining & Energy Watch

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini