Jakarta, TAMBANG – Setelah sempat menguat menyentuh angka Rp.550 pada Juli, saham PT Elnusa,Tbk (Elnusa/ELSA) sedikit mengalami koreksi. Pada Senin (25/8) saham emiten berkode ELSA ditutup di level Rp.515. Dalam rentang enam bulan terakhir, saham emiten berkode ELSA dalam trend menguat. Di Februari masih dilevel Rp.414 per lembar.
Pergerakan saham di lantai bursa ditentukan berbagai faktor. Mulai dari kinerja perusahaan, aksi korporasi sampai pada kondisi industri. Investor akan memburu saham perusahaan yang punya prospek bagus baik jangka menengah pun jangka panjang. PT Elnusa,Tbk, (ELSA) mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Februari 2008 dengan harga saham Rp.400 per lembar.
Dalam lima tahun terakhir kinerja saham ELSA terbilang positif. Sempat mengalami koreksi mendalam bahkah berada pada posisi undervalue. Pada akhir 2021 misalnya saham ELSA sempat menyentuh level Rp.276 per lembar jauh dibawah harga penawaran perdana.
Namun mulai berbalik arah pada paruh kedua 2021. Padahal saat itu pasar saham juga tengah berusaha pulih dari dampak Covid-19. Justru di saat itulah saham ELSA mulai bangkit. Memasuki tahun 2022, harga saham melanjutkan trend positif dan bergerak menuju angka Rp312 atau tumbuh 13% dibandingkan tahun sebelumnya. Di 2023, harga saham menembus angka Rp388 atau tumbuh 24%. Kapitalisasi pasar juga naik dari Rp2,28 triliun menjadi Rp2,83 triliun.
Tahun 2024 disebut sebagai tahun penting dimana harga saham ELSA menyentuh level tertinggi di Rp545. Kapitalisasi pasar juga menembus angka Rp3,46 triliun. Ternyata trend positif ini berlanjut pada tahun 2025. Pada Juli, harga saham mencatatkan rekor baru di Rp550 per lembar. Harga tertinggi dalam delapan tahun terakhir.
Pergerakan saham yang terus menguat ini tidak terlepas dari kepercayaan pasar pada kinerja dan prospek ELSA. Direktur Keuangan Elnusa, Stanley Iriawan pun mengakui hal ini dan menyampaikan apresiasi atas kepercayaan pasar.
“Kinerja saham yang positif dalam lima tahun terakhir ini mencerminkan respons pasar yang baik atas strategi pertumbuhan dan penguatan fundamental perusahaan. Kami terus berupaya menjaga struktur permodalan yang sehat, mengoptimalkan kinerja operasional, dan mengelola risiko secara bertanggung jawab untuk mempertahankan kepercayaan investor,” ungkap Stanley.
Ia mengakui bahwa pasar modal sangat dinamis. Oleh karena itu, keberhasilan mempertahankan tren positif adalah hasil kerja sama seluruh tim di Elnusa dalam menjaga disiplin eksekusi strategi bisnis, efisiensi, serta inovasi layanan.
“Ke depan, kami akan terus fokus memperkuat daya saing dan menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham.”tandas Stanley.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai prospek Elnusa akan sangat bergantung pada kondisi sektor hulu migas. Selama ini kegiatan utama Elnusa usaha jasa pendukung di industri hulu migas. Ketika hulu migas tumbuh maka bisnis Elnusa juga akan ikut tumbuh.
“Sejauh ini industri hulu migas baik nasional maupun global masih berjalan dan tidak akan berakhir. Kalau dalam konteks energi mungkin akan menghadapi transisi energi sehingga akan disubstitusi atau dilengkapi energi lain. Tetapi sebagai bahan baku masih tetap dibutuhkan,”tandas Komaidi.
Migas punya fungsi lain sebagai feedstock atau bahan baku beragam industri seperti pupuk, petrokimia, dashboard mobil sampai produk perabotan rumah dan farmasi. “Ke depan bisa saja kebutuhan untuk energi akan turun tetapi sebagai bahan baku akan tetap tumbuh,”tandas Komaidi.
Komaidi juga menyebutkan bahwa Elnusa terus melakukan inovasi sebagai bagian dari proses adaptasi terhadap perkembangan energi global. “Sebut saja terkait transisi energi tentu ada modifikasi di industri hulu migas. Jika dahulu hanya fokus pada produksi maka sekarang sudah mulai dengan proyek CCUS, penangkapan dan penyimpanan karbon yang juga ada keahlian dari Elnusa. Saya melihat sudah ada upaya untuk adaptasi dengan kondisi saat ini dan ke depan,”ungkap Komaidi.
Ia juga menyebut kekuatan Elnusa adalah sinergi BUMN. “Saat ini Elnusa menjadi bagian dari Pertamina sementara Pertamina saat ini menguasai sebagian besar produksi migas nasional, untuk minyak saja ada sekitar 60-70% produksi nasional berasal dari Pertamina. Sehingga kalau yang menguasai produksi adalah bagian dari Elnusa akan menjadi nilai lebih dibanding usaha jasa penunjang lainnya,” terangnya lagi.
Ditopang Kinerja Positif Di Semua Lini
Bertepatan dengan usia 55 tahun pada 2024, ELSA telah memperkenalkan visi baru sebagai Perusahaan Jasa Energi Terkemuka yang memberikan Solusi Total. Perusahaan tidak hanya ingin bergerak di sektor migas tetapi juga merambah ke sektor energi lain. Berbagai langkah dilakukan untuk mewujudkan visi barunya.
Dari sisi kinerja, di paruh pertama tahun ini Elnusa sukses mencatat pendapatan sebesar Rp6,9 triliun. Dibanding capaian paruh pertama tahun lalu tumbuh 10%. Segmen Penjualan Barang dan Jasa Distribusi & Logistik Energi menjadi penyumbang pendapatan terbesar, yaitu 56%. Lebih khusus lagi penjualan BBM industri dan jasa transportasi BBM. Kemudian segmen Jasa Hulu Migas Terintegrasi berkontribusi 33%. Segmen Jasa Penunjang Migas berkontribusi sebesar 11%, ditopang kinerja positif dari lini bisnis fabrikasi, marine support, hingga warehouse & data management.
Stanley Iriawan menyebutkan kinerja positif ini mencerminkan kinerja operasional yang solid. Tahun lalu ada tambahan pendapatan non-operasional dari penyelesaian kasus deposito Bank Mega. “Tanpa adanya komponen tersebut, capaian laba tahun ini mencerminkan kontribusi murni dari aktivitas bisnis utama dan efisiensi operasional perusahaan,” jelas Stanley.
Dari sisi operasional juga menunjukkan kinerja positif. Di segmen jasa hulu migas terintegrasi mencatat kinerja survei seismik 3D seluas 564,85 km² dan 2D 13,14 km. Penyelesaian 551 pekerjaan wireline dan 7.401 aktivitas well testing. Pengoperasian Modular Rig pada 5 sumur, serta penggunaan Hidraulic Workover Unit (HWU) pada 81 sumur.
Di jasa penunjang migas, ada 21 proyek aktif pada unit marine support dengan tingkat utilisasi aset sebesar 80% tanpa insiden kecelakaan kerja. Lalu warehouse & data management mencapai utilisasi aset 95% serta keberhasilan re-sertifikasi ISO 27001:2022 dan ISO 20000-1:2018.
Segmen Penjualan Barang dan Jasa Distribusi & Logistik Energi pun berkontribusi kuat. Pengangkutan BBM tercatat sebesar 11,85 juta KL, pengelolaan depot BBM dan LPG, serta distribusi BBM industri, pelumas, dan bahan kimia.
Kinerja positif ini juga didukung kekuatan sinergi di lingkungan BUMN. ELSA menjadi anak usaha PT Pertamina Hulu Energi yang saat ini menguasai hulu migas Indonesia. Hal ini akan memperluas peluang bisnis, memperkuat kerja sama strategis, dan menciptakan efisiensi dalam rantai pasok. Sementara pasar di luar Pertamina pun tetap dibidik.
Prospek ELSA semakin mengilap juga karena berbagai langkah inovasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Ini dilakukan dengan strategi bisnis yang adaptif, manajemen risiko yang prudent serta eksekusi operasional yang solid.
Dalam beberapa bulan terakhir ada beberapa langkah korporasi yang semakin memperkuat posisi ELSA. PT Elnusa Trans Samudera (ETSA), anak usaha ELSA misalnya berhasil mendukung pelaksanaan proyek survei seismik 3D di perairan Songkhla, Thailand. Ini sebuah capaian dan bahkan menjadi tonggak penting dalam mempertegas posisi Elnusa sebagai penyedia jasa energi terintegrasi dengan standar kelas dunia.
ETSA di proyek ini dipercaya menyediakan armada kapal pendukung yang memastikan kelancaran survei seismik 3D bagi klien internasional.
Elnusa melalui ETSA menjawabnnya dengan menghadirkan solusi maritim energi yang aman, efisien, dan berkelanjutan.
“Elnusa melalui anak usahanya, ETSA, menunjukkan komitmen untuk tidak hanya berperan di dalam negeri, tetapi juga mengibarkan bendera Indonesia di panggung internasional. Proyek ini mencerminkan kekuatan kompetensi yang kami bangun selama puluhan tahun, sekaligus langkah nyata mendukung kemandirian energi di tingkat regional,” ujar Direktur Utama Elnusa, Bachtiar Soeria Atmadja dalam siaran pers yang diterima www.tambang.co.id.
Direktur Elnusa Trans Samudera, Kurniawati Adjie menyebutkan ekspansi ke Thailand menjadi bukti kapasitas ETSA dalam menyediakan layanan maritim energi berstandar global. “Ekspansi ke Thailand adalah bagian dari strategi kami untuk memperkuat posisi sebagai mitra strategis bagi pelaku industri energi global,” ungkap Kurniawati.
Kurniawati berani menegaskan bahwa langkah ini bukan lagi sekadar dukungan teknis, keberhasilan proyek ini menunjukkan peran Elnusa Group dalam membangun kerja sama lintas negara, menghadirkan manfaat bagi klien internasional sekaligus membuka jalan bagi peningkatan daya saing anak bangsa di kancah global.
Capaian lainnya terkait dengan keberhasilan PT Elnusa,Tbk mengembangkan In-Line Inspection Ultrasonic Tool (ILI UT) pertama buatan Indonesia. Teknologi ini pertama kali diluncurkan pada Selasa (19/8) silam oleh PT Pertamina (Persero) dan PT Pindad (Persero).
Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Oki Muraza, menegaskan bahwa hadirnya ILI UT menjadi bagian dari inovasi Merah Putih yang mendukung ketahanan energi nasional. “Teknologi Merah Putih seperti ILI UT menjadi tonggak penting bagi flow assurance dan asset integrity di seluruh Pertamina Group. Sejumlah inovasi sudah terbukti mampu meningkatkan produksi hingga tiga kali lipat di beberapa sumur. Harapannya, kolaborasi ini dapat memperkuat posisi Pertamina bukan hanya sebagai operator migas, tetapi juga sebagai produsen teknologi energi kelas dunia,” jelas Oki.
ILI UT merupakan perangkat inspeksi pipa migas berbasis ultrasonik yang dikembangkan sepenuhnya di dalam negeri. Alat ini mampu mendeteksi korosi, retakan, deformasi, hingga memetakan ketebalan pipa dengan tingkat akurasi hingga 90% pada kecepatan 0,1–1 meter per detik. Teknologi ini disebut lebih efisien dibandingkan metode Magnetic Flux Leakage (MFL).
Sementara Indonesia saat ini ada 21.000 kilometer jaringan pipa migas yang tersebar di sektor hulu, midstream, hingga hilir. Juga sekitar 575 segmen pipa yang membutuhkan inspeksi. Teknologi baru ini akan sangat membantu mengelola jaringan pipa tersebut. Dengan sepenuhnya dimiliki Elnusa, ILI UT akan memberikan nilai tambah hingga +70% dibandingkan metode konvensional. Sehingga akan memperkuat daya saing nasional di industri jasa energi.
Pengembangan ILI UT merupakan sinergi strategis antar BUMN. Elnusa melalui EFK menangani desain, fabrikasi, dan pengujian prototipe. Pertamina (Persero) mendukung riset dan integrasi teknologi, sementara Pindad berkontribusi dalam produksi komponen mekanis berpresisi tinggi. Ke depan, produk ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas dalam sinergi Pertamina Group, sehingga memberikan nilai tambah maksimal bagi perusahaan dan negara.
Di sektor tambang, Elnusa baru baru ini menyelesaikan proyek survei seismik 3D dan multi-2D pertama di PT Wahana Baratama Mining (WBM), anak usaha Bayan Group. Layanan yang diberikan berupa pemetaan sebaran batubara dan identifikasi zona lemah (fault) untuk mendukung rencana tambang bawah tanah.
Direktur Operasi ELSA Endro Hartanto dalam siaran persnya menyebutkan keberhasilan akan membuka peluang Elnusa merambah ke sektor batubara. “Kerberhasilan ini tidak hanya membuka peluang baru di sektor pertambangan batubara, tetapi juga menegaskan posisi Elnusa sebagai pionir teknologi survey seismik non migas di Indonesia,” tutup Endro. Dengan berbagai upaya inovasi yang terus dilakukan, Elnusa akan menjadi emiten yang akan terus dilirik investor.